Dokter Ivana Theresia dari Siloam Hospitals menyampaikan sejumlah faktor penyebab sindrom dispepsia yakni pola makan, tingkat stres, dan gaya hidup tidak sesuai.

"Perhatikan pola dan waktu makan. Jangan pula terlalu cepat menelan makanan. Sebaiknya mengunyah makanan sampai benar-benar lumat agar dapat meringankan kerja lambung dalam mengolah makanan baik secara kimiawi atau mekanik," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima di Surabaya, Rabu malam.

Sindrom dispepsia atau umum disebut gejala maag, yaitu merupakan gejala yang sering menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut bagian tengah sampai ke bagian atas. 

Sindrom dispepsia merupakan sekumpulan gejala yang dideskripsikan sebagai rasa tidak nyaman pada perut, seperti perut terasa penuh, kembung, sakit perut, dan nyeri ulu hati.

Namun, kata dia, perlu ditekankan bahwa dispepsia bukanlah penyakit, melainkan gejala dari suatu penyakit atau adanya gangguan pencernaan.

"Secara umum, kondisi tersebut disebabkan karena adanya gangguan dalam pencernaan, seperti sekresi asam lambung yang meningkat," ucapnya.

Namun dalam beberapa kasus, gejala maag dapat pula dipicu oleh Infeksi atau penggunaan obat-obatan tertentu. 

Selain pola makan, lanjut dia, mengonsumsi dengan porsi makan yang berlebihan termasuk makanan berlemak, berminyak, asam, santan dan pedas turut sebagai batasan agar gejala maag tidak timbul.

"Batasi kandungan kafein, alkohol dan tidak merokok. Beberapa antibiotik dan obat-obatan penghilang rasa nyeri juga menjadi pemicu terjadinya dispepsia," kata dia. (*)

Pewarta: Fiqih Arfani

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021