Pelindo Marines, anak usaha Pelindo III, menggelar kegiatan donor plasma konvalesen di Kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga yang sandar di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, sebagai salah satu upaya membantu penanganan pandemi COVID-19.

Direktur Utama Pelindo Marines Umar di Surabaya, Selasa, mengatakan kegiatan donor plasma konvalesen yang dipusatkan di Kapal Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga merupakan inisiatif sosial, yang kemudian disambut antusias oleh Yayasan Ksatria Medika Airlangga, Palang Merah Indonesia, dan Lantamal V Surabaya.

"Kemudian juga turut bergabung relawan dari Komunitas Pendonor Plasma Konvalesen dan Relawan Pendamping Keluarga Pasien COVID-19 dalam kegiatan tersebut," kata Umar dalam keterangan persnya.

Direktur Kapal Rumah Sakit Terapung Airlangga, dr Agus Harianto Sp.B mengatakan digelar kegiatan sosial di atas kapal itu ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat luas untuk tidak mengucilkan saudara kita para penyintas COVID-19.

"Langkah ini adalah upaya solidaritas bersama untuk mendonorkan plasma konvalesen yang sudah sepatutnya diapresiasi dengan tangan terbuka," tuturnya.

Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) V Laksamana Pertama (Laksma) TNI Mohamad Zaenal mengatakan, upaya bersama untuk menghapus stigma pada penyintas dan langkah dalam memerangi COVID-19 harus terus dilakukan.

"Saya berkeyakinan, dengan kemudahan informasi publik yang mengedukasi masyarakat secara berkelanjutan, persepsi terhadap penyintas COVID-19 akan semakin obyektif. Dan ini sudah menjadi komitmen kami TNI AL untuk terus memerangi pandemi dengan melakukan berbagai upaya percepatan penanganan, salah satunya terus bersinergi bersama komponen lainnya, seperti yang saat ini kami lakukan," katanya.

Sementara pada kegiatan itu juga digelar diskusi tentang "Pentingnya Donor Darah dan Donor Plasma Konvalesen pada Masa Pandemi COVID-19" yang dihadiri oleh dokter dan perwakilan penyintas COVID-19.

Salah satu penyintas COVID-19, Radian Jadid mengakui bahwa dirinya mengalami kondisi yang tidak mudah, sebab selain harus menjalani rangkaian tindakan medis untuk penyembuhan, juga ada tekanan psikologis akibat masih masyarakat yang memberi stigma buruk atau memperlakukan penyintas dengan berbeda.

Ia berharap masyarakat mulai dapat menerima kembali dan menghentikan stigma yang tidak tepat, karena mereka sudah dinyatakan sembuh secara medis dan oleh instansi yang berwenang.

“Justru peran aktif penyintas penting untuk membantu pemerintah menyosialisasikan informasi yang tepat tentang bagaimana menyembuhkan dan mencegah COVID-19. Kami yang sudah mengalami sendiri akan lebih mudah menjelaskan dan lebih dipercaya," katanya.
 

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021