Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta Bupati Jember Hendy Siswanto untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), serta stunting, karena AKI dan AKB di kabupaten itu tertinggi se-Jawa Timur.
"Kematian ibu dan bayi di Jember tertinggi di Jatim. AKI dan AKB juara satu, sehingga saya minta menjadi catatan untuk diintervensi sesignifikan mungkin agar segera turun," kata Khofifah saat memberikan sambutan dalam rapat paripurna serah terima jabatan Bupati Jember dengan Pelaksana harian (Plh) Bupati Jember di DPRD setempat, Selasa.
Berdasarkan data yang disampaikan Khofifah, Kabupaten Jember menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah kematian ibu dan bayi di Jatim, yakni 61 orang (AKI) dan 324 orang (AKB) pada tahun 2020, sehingga Jember masuk zona merah AKI dan AKB.
Ia mengatakan pesan Presiden bahwa untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM) dan daya saing adalah AKI, AKB dan stunting, sehingga harus dilakukan sinergi dengan perguruan tinggi dan harus dimaksimalkan seperti menurunkan relawan untuk menekan angka tersebut.
"Saya rasa itu tiga PR untuk bisa meningkatkan dan mendorong kualitas SDM di Jember dan daya saing dari berbagai potensi andalan dan unggulan," katanya.
Selain itu, Khofifah juga menekankan pentingnya peran PKK dan Posyandu untuk menurunkan AKI dan AKB karena kegiatan PKK tidak ringan, namun bisa berkeliling ke desa untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
"Tadi saya sudah sampaikan bahwa perlu sinergi, kolaborasi, partnership terutama dengan pendekatan pentahelix, yakni ada pemerintah, kampus, media, privat sektor, dan masyarakat harus berjalan bersama," katanya.
Sementara itu, Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan Pemkab Jember akan menjadikan masalah AKI, AKB dan stunting sebagai prioritas yang harus diseriusi karena angka kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi, sehingga dapat mempengaruhi kemajuan daerah.
"Langkah ke depan, kami akan memperkuat PKK dan posyandu, namun kami bersama OPD akan turun serta untuk menurunkan AKI, AKB dan stunting dengan cara membuat program yang bisa disinergikan dengan OPD terkait ,seperti Dinkes dan BKKBN," katanya.
Ia mengatakan Pemkab Jember sangat berharap dukungan dari Pemprov Jawa Timur untuk menurunkan AKI, AKB, dan stunting dengan berbagai program. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Kematian ibu dan bayi di Jember tertinggi di Jatim. AKI dan AKB juara satu, sehingga saya minta menjadi catatan untuk diintervensi sesignifikan mungkin agar segera turun," kata Khofifah saat memberikan sambutan dalam rapat paripurna serah terima jabatan Bupati Jember dengan Pelaksana harian (Plh) Bupati Jember di DPRD setempat, Selasa.
Berdasarkan data yang disampaikan Khofifah, Kabupaten Jember menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah kematian ibu dan bayi di Jatim, yakni 61 orang (AKI) dan 324 orang (AKB) pada tahun 2020, sehingga Jember masuk zona merah AKI dan AKB.
Ia mengatakan pesan Presiden bahwa untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM) dan daya saing adalah AKI, AKB dan stunting, sehingga harus dilakukan sinergi dengan perguruan tinggi dan harus dimaksimalkan seperti menurunkan relawan untuk menekan angka tersebut.
"Saya rasa itu tiga PR untuk bisa meningkatkan dan mendorong kualitas SDM di Jember dan daya saing dari berbagai potensi andalan dan unggulan," katanya.
Selain itu, Khofifah juga menekankan pentingnya peran PKK dan Posyandu untuk menurunkan AKI dan AKB karena kegiatan PKK tidak ringan, namun bisa berkeliling ke desa untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
"Tadi saya sudah sampaikan bahwa perlu sinergi, kolaborasi, partnership terutama dengan pendekatan pentahelix, yakni ada pemerintah, kampus, media, privat sektor, dan masyarakat harus berjalan bersama," katanya.
Sementara itu, Bupati Jember Hendy Siswanto mengatakan Pemkab Jember akan menjadikan masalah AKI, AKB dan stunting sebagai prioritas yang harus diseriusi karena angka kematian ibu dan bayi yang cukup tinggi, sehingga dapat mempengaruhi kemajuan daerah.
"Langkah ke depan, kami akan memperkuat PKK dan posyandu, namun kami bersama OPD akan turun serta untuk menurunkan AKI, AKB dan stunting dengan cara membuat program yang bisa disinergikan dengan OPD terkait ,seperti Dinkes dan BKKBN," katanya.
Ia mengatakan Pemkab Jember sangat berharap dukungan dari Pemprov Jawa Timur untuk menurunkan AKI, AKB, dan stunting dengan berbagai program. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021