Kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren An-Nidhomiyah Pamekasan, Jawa Timur, sementara ini dihentikan dan semua santri di pesantren itu dipulangkan menyusul musibah tebing longsor yang menyebabkan lima orang santri meninggal dunia, dan dua orang lainnya luka-luka.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren An-Nidhomiyah KH Muhaidi, Sabtu, langkah itu dilakukan atas saran dari petugas penanggulangan bencana pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), petugas keamanan dan masyarakat sekitar.
"Sementara kami liburkan dulu dan santri yang tinggal di pondok dipulangkan hingga situasi benar-benar dirasa aman," kata Pengasuh Pondok Pesantren itu KH Muhaidi, Sabtu.
Selain itu, proses perbaikan lokasi longsor diperkirakan akan memakan waktu lama, apalagi asrama putri di pondok pesantren yang sebagian ruangannya tertimpa longsoran tebing itu tidak akan dibangun lagi.
Kiai Muhaidi menuturkan Pemkab Pamekasan, Pemprov Jatim dan Kementerian Sosial Republik Indonesia menyarankan agar asrama putri yang berlokasi tidak jauh dari tebing itu dibiarkan saja.
"Bu Mensos tadi juga menyarankan agar tidak dibangun lagi, asrama agar dipindah, karena khawatir kejadian serupa akan terulang," katanya menuturkan.
Musibah tebing longsor di Pondok Pesantren An-Nidhomiyah, Dusun Jepun, Desa Bindang, Kecamatan Pasean, Pamekasan ini terjadi pada Rabu (24/2) sekitar pukul 02.00 WIB.
Sebanyak tujuh orang santri tertimpa longsoran tebing dalam musibah itu. Lima orang meninggal dunia, dan dua orang lainnya luka-luka.
Musibah bencana tebing longsor di Pondok Pesantren An-Nidhomiyah ini menjadi perhatian semua pihak, termasuk Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Menteri Sosial RI Tri Rismaharini.
Sementara itu, hingga Sabtu (27/2) proses evakuasi sebagian material longsor dari tebing dan reruntuhan bangunan asrama santri terus dilakukan oleh tim penanggulangan bencana Pemkab Pamekasan dan masyarakat sekitar.
Petugas belum mencabut garis polisi yang dipasang di lokasi longsoran tebing dan melarang warga mendekati lokasi kejadian, karena dikhawatirkan masih terjadi longsor susulan, apalagi hujan dengan intensitas sedang hingga deras sering terjadi di wilayah itu.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren An-Nidhomiyah KH Muhaidi, Sabtu, langkah itu dilakukan atas saran dari petugas penanggulangan bencana pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), petugas keamanan dan masyarakat sekitar.
"Sementara kami liburkan dulu dan santri yang tinggal di pondok dipulangkan hingga situasi benar-benar dirasa aman," kata Pengasuh Pondok Pesantren itu KH Muhaidi, Sabtu.
Selain itu, proses perbaikan lokasi longsor diperkirakan akan memakan waktu lama, apalagi asrama putri di pondok pesantren yang sebagian ruangannya tertimpa longsoran tebing itu tidak akan dibangun lagi.
Kiai Muhaidi menuturkan Pemkab Pamekasan, Pemprov Jatim dan Kementerian Sosial Republik Indonesia menyarankan agar asrama putri yang berlokasi tidak jauh dari tebing itu dibiarkan saja.
"Bu Mensos tadi juga menyarankan agar tidak dibangun lagi, asrama agar dipindah, karena khawatir kejadian serupa akan terulang," katanya menuturkan.
Musibah tebing longsor di Pondok Pesantren An-Nidhomiyah, Dusun Jepun, Desa Bindang, Kecamatan Pasean, Pamekasan ini terjadi pada Rabu (24/2) sekitar pukul 02.00 WIB.
Sebanyak tujuh orang santri tertimpa longsoran tebing dalam musibah itu. Lima orang meninggal dunia, dan dua orang lainnya luka-luka.
Musibah bencana tebing longsor di Pondok Pesantren An-Nidhomiyah ini menjadi perhatian semua pihak, termasuk Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Menteri Sosial RI Tri Rismaharini.
Sementara itu, hingga Sabtu (27/2) proses evakuasi sebagian material longsor dari tebing dan reruntuhan bangunan asrama santri terus dilakukan oleh tim penanggulangan bencana Pemkab Pamekasan dan masyarakat sekitar.
Petugas belum mencabut garis polisi yang dipasang di lokasi longsoran tebing dan melarang warga mendekati lokasi kejadian, karena dikhawatirkan masih terjadi longsor susulan, apalagi hujan dengan intensitas sedang hingga deras sering terjadi di wilayah itu.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021