Di usia muda yang baru menginjak 23 tahun, Nur Fadilah harus menguatkan diri karena divonis menderita Fibroadenoma pada Oktober 2020. 

Fibroadonema adalah sejenis tumor jinak yang bersarang di  payudara yang banyak dialami oleh wanita muda berusia di bawah 30 tahun.

Ia menemukan benjolan yang tidak normal di salah satu bagian tubuhnya yang berawal dari cek pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) yang rutin dilakukannya.

"Saya sering lihat sosialisasi ibu-ibu kader posyandu tentang Sadari dan ternyata ada benjolan kecil seruas jari,  tapi tidak sakit jika ditekan," kata perempuan yang akrab disapa Dilah.

Ia kemudian periksa ke puskesmas terdekat dan disarankan untuk dirujuk ke rumah sakit. Di dokter spesialis rumah sakit diambil sample nya untuk di cek laboratorium dan ternyata itu tumor jinak.

Setelah proses pemeriksaan laboratorium, dokter yang menanganinya menyarankan untuk dilakukan pengangkatan tumor tersebut dan tanpa berpikir panjang, Dilah dan keluarga setuju untuk dilakukan tindakan operasi. 

"Awalnya sempat takut karena  di usianya yang masih muda dan belum berumah tangga sudah menginap penyakit itu, namun saya berpikir mumpung masih jinak, jadi segera ikuti saran dokter dan ibu khawatir kalau dibiarkan akan semakin parah," tuturnya.

Ia menceritakan tindakan pengangkatan tumor dilakukan tepat pada tanggal 21 Desember 2020 dan sempat dirawat selama 2 hari di rumah sakit, kemudian menjalani perawatan pasca operasi yang dilalui dengan penuh kesabaran dan telaten. 

Dirinya dan keluarga fokus pada pengobatan dan tidak terlalu khawatir soal biaya karena keluarganya telah mengantongi kartu kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).

"Saya bersyukur sudah ada kartu BPJS Kesehatan, dapat dari pemerintah sudah setahun lalu. Alhamdulillah mulai dari periksa di puskesmas sampai di rumah sakit tindakan operasi, perawatan dan obat-obatan dijamin oleh BPJS, tidak ada tambahan biaya lain," ujarnya.

Dilah merupakan salah satu peserta yang beruntung telah terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN mendapatkan akses pelayanan kesehatan di kelas 3. 

Ia juga mendapatkan pelayanan yang baik dan tidak ada perbedaan perlakuan membuatnya semakin bersyukur mendapatkan manfaat dari kepesertaan yang dikantonginya.

"Terimakasih, pemerintah sudah sangat membantu melalui kartu BPJS Kesehatan. Saya dan keluarga yang hidup di desa dengan keadaan ekonomi yang pas-pasan bisa mendapat pelayanan pengobatan dengan gratis," katanya.

Ia juga sempat bertanya, kalau tidak pakai BPJS harus menyiapkan biaya sekitar Rp5-10 juta untuk operasi saja dan menambah beban orang tua lagi. 

"Beruntung semua perawatan dibiayai oleh BPJS.  Semoga program itu terus ada dan memberikan banyak manfaat ke masyarakat yang lain," ucap gadis yang hanya mengenyam pendidikan hingga tingkat SMP. (*)

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021