Alumnus Program Studi Arsitektur Universitas Kristen Petra Marietta Stefani mewakili Indonesia di kompetisi desain tingkat Asia yaitu "Asia Young Designer Award" (AYDA) 2020/21 yang digelar secara daring oleh Nippon Paint.

"Bersyukur bisa melewati kompetisi level nasional dan bisa mewakili Indonesia di tingkat Asia. Kompetisi yang dilaksanakan secara daring ini melewati berbagai tahap mulai semi final, coaching session, mentoring dan babak final," kata Marietta di Surabaya, Rabu.

Di kompetisi tersebut Marietta akan bertanding dengan finalis lain dari 15 negara Asia, yaitu Bangladesh, Cina, Filipina, Hong Kong, India, Indonesia, Iran, Jepang, Malaysia, Pakistan, Singapura, Sri Lanka, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Pada kompetisi tersebut, alumnus UK Petra asal Surabaya akan membuat karya bertajuk Non-Visual Art Gallery.

"Ide rancangan tersebut bermula saat saya mengunjungi galeri seni dan terdapat aturan tertulis 'dilarang menyentuh'. Lalu muncul pemikiran yakni bagaimana jika kita tidak dapat melihat? Bagaimana dengan tuna netra? Mereka kan hanya bisa merasakan sesuatu dengan cara menyentuh," kata Marietta. 

Non-Visual Art Gallery merupakan sebuah galeri seni yang memberikan kesempatan baru khususnya bagi tuna netra untuk dapat menikmati karya seni menggunakan pengalaman multisensori, yaitu telinga, hidung, dan perabaan, agar memungkinkan adanya pengalaman yang setara antara tunanetra dan awas (normal).

Dalam desain rancangan ini Marietta mencoba memberikan pengalaman baru dan berbeda dengan galeri pada umumnya.

"Galeri ini didesain menggunakan bidang-bidang yang disusun ber-layer menyerupai labirin sebagai pengarah bagi tuna netra. Selain itu, elemen arsitektur sengaja diredupkan untuk memanjakan mata dan memperkuat stimuli indera lainnya," ujarnya.

Desain ini diharapkan dapat memicu para seniman untuk menciptakan karya seni yang inklusif. Sehingga karya seni yang ada di bangunan ini dapat memberikan pengalaman multisensori.

"Misalnya ada lukisan atau patung menggambarkan hutan. Lukisan bisa dibuat timbul dan ditambah bau-bauan hutan agar semakin memperjelas lukisan. Sehingga lukisan ini menjelaskan tekstur, bau-bauan bahkan bunyi-bunyian," ucap Marietta.  

Untuk mendukung konsep non-visual, bangunan sengaja tidak menggunakan lampu untuk menerangi karya seni.

Namun memaksimalkan pencahayaan alami undirect sunlight melalui skylight dan dinding yang disusun ber-layer yang sekaligus membantu tuna netra dalam berorientasi.

Marietta juga melakukan pendekatan-pendekatan perilaku senses as perceptual system, dimana indera manusia memberikan peran penting dalam membentuk persepsi ruang dan pendalaman karakter pada ruang-ruangnya. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021