Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC) Kota Beijing, China, menyebutkan bahwa ditemukan-nya beberapa kasus COVID-19 di Distrik Shunyi dalam beberapa hari terakhir berasal dari seseorang yang baru datang dari Indonesia.
Melalui analisis sekuen genome secara keseluruhan, COVID-19 sangat terkait dengan strain yang ditemukan di Asia Tenggara pada November 2020, demikian CDC Beijing kepada pers, Rabu (30/12).
CDC menetapkan sumber penularan berasal dari orang tanpa gejala dari Indonesia yang pertama kali ditemukan pada Senin (28/12).
Orang tanpa gejala dari Indonesia itu tiba di Beijing pada 10 Desember berbekal sertifikat tes negatif asam nukleat (tes usap) setelah menjalani karantina selama 14 hari di Provinsi Fujian, demikian laman berita OneTube yang dipantau ANTARA Beijing, Kamis.
Si pasien tersebut kemudian tinggal di Distrik Shunyi, tidak jauh dari Bandar Udara Ibu Kota Beijing (BCIA).
Baca juga: China laporkan kasus lokal COVID-19 pertama setelah dua bulan
Baca juga: Vaksinasi massal di Beijing akhir September, murid sekolah gratis
Meskipun demikian, sampai saat ini Indonesia tidak termasuk dalam daftar negara yang ditangguhkan warganya memasuki wilayah China daratan, seperti yang dilakukan terhadap Inggris, Prancis, dan beberapa negara lain di Eropa.
Sementara itu, juru bicara Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) Hu Qiangqiang menyebutkan bahwa selama Desember tercatat 104 warga lokal terinfeksi COVID-19 atau naik 76,3 persen dibandingkan November.
Di Beijing sendiri, Distrik Shunyi dan Distrik Chaoyang yang terkena dampak terparah COVID-19 menjelang pergantian tahun.
Selain Beijing, Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, juga menghadapi situasi yang sama. Pengetatan pengendalian dan pencegahan epidemi telah diterapkan di kedua kota di wilayah timurlaut daratan Tiongkok itu.
Beijing telah menerapkan kewajiban karantina 14+7 hari dan pengawasan terhadap orang-orang yang baru datang dari luar negeri dalam 21 hari terakhir ditingkatkan.
Baca juga: Sekolah di Beijing mulai buka, pelajar Indonesia diminta bersabar
Di Shenyang seseorang yang baru datang dari luar negeri harus menjalani tes usap setiap tiga hari sekali selama 21 hari.
Untuk menghindari meluasnya penularan wabah, NHC telah menganjurkan masyarakat untuk tidak bepergian ke luar kota selama liburan akhir dan awal tahun dan pengawasan ketat setiap kegiatan yang melibatkan 10 orang atau lebih. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Melalui analisis sekuen genome secara keseluruhan, COVID-19 sangat terkait dengan strain yang ditemukan di Asia Tenggara pada November 2020, demikian CDC Beijing kepada pers, Rabu (30/12).
CDC menetapkan sumber penularan berasal dari orang tanpa gejala dari Indonesia yang pertama kali ditemukan pada Senin (28/12).
Orang tanpa gejala dari Indonesia itu tiba di Beijing pada 10 Desember berbekal sertifikat tes negatif asam nukleat (tes usap) setelah menjalani karantina selama 14 hari di Provinsi Fujian, demikian laman berita OneTube yang dipantau ANTARA Beijing, Kamis.
Si pasien tersebut kemudian tinggal di Distrik Shunyi, tidak jauh dari Bandar Udara Ibu Kota Beijing (BCIA).
Baca juga: China laporkan kasus lokal COVID-19 pertama setelah dua bulan
Baca juga: Vaksinasi massal di Beijing akhir September, murid sekolah gratis
Meskipun demikian, sampai saat ini Indonesia tidak termasuk dalam daftar negara yang ditangguhkan warganya memasuki wilayah China daratan, seperti yang dilakukan terhadap Inggris, Prancis, dan beberapa negara lain di Eropa.
Sementara itu, juru bicara Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) Hu Qiangqiang menyebutkan bahwa selama Desember tercatat 104 warga lokal terinfeksi COVID-19 atau naik 76,3 persen dibandingkan November.
Di Beijing sendiri, Distrik Shunyi dan Distrik Chaoyang yang terkena dampak terparah COVID-19 menjelang pergantian tahun.
Selain Beijing, Kota Shenyang, Provinsi Liaoning, juga menghadapi situasi yang sama. Pengetatan pengendalian dan pencegahan epidemi telah diterapkan di kedua kota di wilayah timurlaut daratan Tiongkok itu.
Beijing telah menerapkan kewajiban karantina 14+7 hari dan pengawasan terhadap orang-orang yang baru datang dari luar negeri dalam 21 hari terakhir ditingkatkan.
Baca juga: Sekolah di Beijing mulai buka, pelajar Indonesia diminta bersabar
Di Shenyang seseorang yang baru datang dari luar negeri harus menjalani tes usap setiap tiga hari sekali selama 21 hari.
Untuk menghindari meluasnya penularan wabah, NHC telah menganjurkan masyarakat untuk tidak bepergian ke luar kota selama liburan akhir dan awal tahun dan pengawasan ketat setiap kegiatan yang melibatkan 10 orang atau lebih. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020