Keluarga KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menyelenggarakan haul atau peringatan wafatnya Presiden ke-4 RI pada Rabu secara daring atau berbeda dari tahun sebelumnya yang diadakan tatap muka di Ciganjur, Jakarta.
“Tema haul ‘Persatuan dan Solidaritas untuk 1 Negeri dan 1 Cinta’ mengingatkan kita pada semboyan negara kita tercinta, yaitu Bhinneka Tunggal Ika,” kata putri ketiga Gus Dur, Anita Wahid, melalui siaran persnya.
Anita yang menjadi ketua pelaksana haul Gus Dur mengatakan kegiatan peringatan dilakukan secara daring dengan dipusatkan pada tiga kota yaitu Jakarta, Yogyakarta dan Jombang.
Ia mengatakan pemilihan ketiga kota itu terkait erat dengan sejarah hidup Gus Dur. Dia ingin mengajak masyarakat belajar dari proses perjalanan hidup Gus Dur yang humanis.
“Bapak lahir di Jombang, menjalani masa kecil di Jakarta dan menghabiskan masa remajanya di Yogyakarta,” kata dia.
Anita mengatakan Indonesia sebagai sebuah negara multikultural tidak jarang mengalami berbagai gejolak dan konflik. Namun, Indonesia bisa bertahan karena terdapat persatuan dan solidaritas masyarakatnya.
Menurut dia, Gus Dur memang sudah wafat sebelas tahun yang lalu, tetapi semangat persatuan dan solidaritas ini terus dijaga oleh keluarga, sahabat, pengikut dan pengagum Gus Dur. Terbukti pada saat ini para Gusdurian menjadi salah satu elemen kekuatan masyarakat sipil.
“Ada ribuan penggerak Gusdurian yang terus menjaga nyala semangat yang ditinggalkan Gus Dur. Ada jutaan orang yang terinspirasi dengan laku Gus Dur dan kini sama-sama berjuang demi tegaknya Indonesia sebagai rumah bersama,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
“Tema haul ‘Persatuan dan Solidaritas untuk 1 Negeri dan 1 Cinta’ mengingatkan kita pada semboyan negara kita tercinta, yaitu Bhinneka Tunggal Ika,” kata putri ketiga Gus Dur, Anita Wahid, melalui siaran persnya.
Anita yang menjadi ketua pelaksana haul Gus Dur mengatakan kegiatan peringatan dilakukan secara daring dengan dipusatkan pada tiga kota yaitu Jakarta, Yogyakarta dan Jombang.
Ia mengatakan pemilihan ketiga kota itu terkait erat dengan sejarah hidup Gus Dur. Dia ingin mengajak masyarakat belajar dari proses perjalanan hidup Gus Dur yang humanis.
“Bapak lahir di Jombang, menjalani masa kecil di Jakarta dan menghabiskan masa remajanya di Yogyakarta,” kata dia.
Anita mengatakan Indonesia sebagai sebuah negara multikultural tidak jarang mengalami berbagai gejolak dan konflik. Namun, Indonesia bisa bertahan karena terdapat persatuan dan solidaritas masyarakatnya.
Menurut dia, Gus Dur memang sudah wafat sebelas tahun yang lalu, tetapi semangat persatuan dan solidaritas ini terus dijaga oleh keluarga, sahabat, pengikut dan pengagum Gus Dur. Terbukti pada saat ini para Gusdurian menjadi salah satu elemen kekuatan masyarakat sipil.
“Ada ribuan penggerak Gusdurian yang terus menjaga nyala semangat yang ditinggalkan Gus Dur. Ada jutaan orang yang terinspirasi dengan laku Gus Dur dan kini sama-sama berjuang demi tegaknya Indonesia sebagai rumah bersama,” katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020