Pengamat politik Universitas Jember, Jawa Timur, Dr Muhammad Iqbal memaparkan penyebab kekalahan calon bupati yang juga petahana Faida pada Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Jember 2020.
"Secara aggregate masyarakat dapat dikatakan sudah kurang berminat pada kepemimpinan Faida dan sangat memerlukan perubahan, sehingga perlu pergantian kepala daerah," kata Iqbal di Jember, Rabu.
Berdasarkan hasil hitung cepat yang dirilis Citrapublik adv kerja sama dengan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan pasangan calon bupati dan wakil bupati nomor urut 2, Hendy Siswanto dan M. Balya Firjaun Barlaman (Hendy-Firjaun) memenangi kontestasi Pilkada Jember 2020 dengan meraih 47,9 persen suara.
Sementara pasangan cabup petahana atau nomor urut 1 Faida-Dwi Nugraha Oktavianto (Vian) meraih 30,41 persen dan pasangan calon nomor urut 3 Abdussalam-Ifan Ariadna (Salam-Ifan) memperoleh 21,64 persen.
Baca juga: Pilkada Jember: Hendy-Gus Firjaun unggul versi hitung cepat LSI
Dengan demikian, pasangan Hendy-Firjaun unggul dengan selisih 17,54 persen dibandingkan petahana Faida-Vian.
"Secara statistik hasil quick count menggunakan margin of error atau besaran rentang kesalahan maksimal sebesar plus minus 1 persen. Ini berarti Hendy-Firjaun sangat signifikan memenangkan pilkada menurut versi hitung cepat LSI Denny JA," ucap pakar komunikasi FISIP Unej itu.
Baca juga: Pilkada Jember: Cabup petahana Faida akui kalah karena takdir
Ia menilai kunci kemenangan Hendy-Firjaun berkat keunggulan suara di tiga daerah pemilihan (dapil) yaitu Dapil 1, 3, dan 4 yang meraih dukungan di atas 50 persen suara.
Selain itu di Dapil 5 juga menyumbang suara kemenangan hampir 50 persen, artinya kalau dibaca secara demografis, maka Hendy-Firjaun umumnya unggul di basis suara masyarakat perkotaan dengan jumlah penduduk yang sangat padat (Sumbersari, Wuluhan, Kaliwates, dan Patrang).
"Umumnya, psikologi masyarakat perkotaan lebih aktif mengikuti arus informasi kebijakan Bupati Faida dan selama lima tahun petahana sangat banyak diterpa 'hard issue' yang cenderung dinilai buruk kinerjanya," katanya.
Baca juga: Pilkada Jember, Cabup Hendy menang telak di TPS-nya
Menurut dia, faktor lain adalah Hendy-Firjaun juga unggul di basis suara masyarakat pesisir (Ambulu dan Puger) akibat munculnya kontroversi bantuan pelampung nelayan dari Bupati Faida sangat mungkin mempengaruhi psikologis dan persepsi politik dengan sentimen negatif masyarakat nelayan terhadap Faida.
Berdasarkan faktor-faktor itulah, lanjut dia, secara keseluruhan masyarakat dapat dikatakan sudah kurang berminat pada kepemimpinan Faida dan sangat memerlukan perubahan dan pergantian kepala daerah.
"Maka, kita tinggal menagih seluruh janji-janji Haji Hendy dan Gus Firjaun untuk benar-benar Wayahe Mbenahi Jember. Selamat datang Bupati Baru!," ujarnya.
Secara resmi, tahapan Pilkada Jember 2020 masih harus menunggu rekapitulasi hasil penghitungan suara oleh KPU Jember sekaligus penetapan hasil rekapitulasi suara pemilihan bupati dan wakil bupati pada 13 - 17 Desember 2020.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Secara aggregate masyarakat dapat dikatakan sudah kurang berminat pada kepemimpinan Faida dan sangat memerlukan perubahan, sehingga perlu pergantian kepala daerah," kata Iqbal di Jember, Rabu.
Berdasarkan hasil hitung cepat yang dirilis Citrapublik adv kerja sama dengan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebutkan pasangan calon bupati dan wakil bupati nomor urut 2, Hendy Siswanto dan M. Balya Firjaun Barlaman (Hendy-Firjaun) memenangi kontestasi Pilkada Jember 2020 dengan meraih 47,9 persen suara.
Sementara pasangan cabup petahana atau nomor urut 1 Faida-Dwi Nugraha Oktavianto (Vian) meraih 30,41 persen dan pasangan calon nomor urut 3 Abdussalam-Ifan Ariadna (Salam-Ifan) memperoleh 21,64 persen.
Baca juga: Pilkada Jember: Hendy-Gus Firjaun unggul versi hitung cepat LSI
Dengan demikian, pasangan Hendy-Firjaun unggul dengan selisih 17,54 persen dibandingkan petahana Faida-Vian.
"Secara statistik hasil quick count menggunakan margin of error atau besaran rentang kesalahan maksimal sebesar plus minus 1 persen. Ini berarti Hendy-Firjaun sangat signifikan memenangkan pilkada menurut versi hitung cepat LSI Denny JA," ucap pakar komunikasi FISIP Unej itu.
Baca juga: Pilkada Jember: Cabup petahana Faida akui kalah karena takdir
Ia menilai kunci kemenangan Hendy-Firjaun berkat keunggulan suara di tiga daerah pemilihan (dapil) yaitu Dapil 1, 3, dan 4 yang meraih dukungan di atas 50 persen suara.
Selain itu di Dapil 5 juga menyumbang suara kemenangan hampir 50 persen, artinya kalau dibaca secara demografis, maka Hendy-Firjaun umumnya unggul di basis suara masyarakat perkotaan dengan jumlah penduduk yang sangat padat (Sumbersari, Wuluhan, Kaliwates, dan Patrang).
"Umumnya, psikologi masyarakat perkotaan lebih aktif mengikuti arus informasi kebijakan Bupati Faida dan selama lima tahun petahana sangat banyak diterpa 'hard issue' yang cenderung dinilai buruk kinerjanya," katanya.
Baca juga: Pilkada Jember, Cabup Hendy menang telak di TPS-nya
Menurut dia, faktor lain adalah Hendy-Firjaun juga unggul di basis suara masyarakat pesisir (Ambulu dan Puger) akibat munculnya kontroversi bantuan pelampung nelayan dari Bupati Faida sangat mungkin mempengaruhi psikologis dan persepsi politik dengan sentimen negatif masyarakat nelayan terhadap Faida.
Berdasarkan faktor-faktor itulah, lanjut dia, secara keseluruhan masyarakat dapat dikatakan sudah kurang berminat pada kepemimpinan Faida dan sangat memerlukan perubahan dan pergantian kepala daerah.
"Maka, kita tinggal menagih seluruh janji-janji Haji Hendy dan Gus Firjaun untuk benar-benar Wayahe Mbenahi Jember. Selamat datang Bupati Baru!," ujarnya.
Secara resmi, tahapan Pilkada Jember 2020 masih harus menunggu rekapitulasi hasil penghitungan suara oleh KPU Jember sekaligus penetapan hasil rekapitulasi suara pemilihan bupati dan wakil bupati pada 13 - 17 Desember 2020.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020