Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Djarot Syaiful Hidayat menyatakan partainya semakin solid meski Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Armuji diusung PDIP diserang kampanye negatif.
Djarot Syaiful Hidayat kepada wartawan di Surabaya, Minggu, mengatakan meski Eri-Armuji selalu dikepung, difitnah, dan lawan mencoba terapkan politik pemecah belah, politik sembako, dan anggaran kampanye yang begitu besar, namun apa yang dilakukan justru menambah soliditas PDI Perjuangan.
"Jurus pemecah belah tidak efektif dan itu justru membuktikan rendahnya etika dan moralitas tim kampanye mereka. PDI Perjuangan makin solid," katanya.
Menurut dia, apa yang dilakukan Tim Pemenangan Paslon Machfud dan Mujiaman dengan merekrut Jagad Hari Suseno, putra sulung mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan Ir. Soetjipto (Pak Tjip), adalah langkah panik karena memang tidak punya rekam jejak unggulan.
Djarot mengatakan Machfud-Mijiaman tidak punya narasi dan program yang membawa kemajuan Kota Surabaya. Maka, mereka hanya bisa menjelek-kan pihak Risma, Eri dan Armuji.
"Lihat saja Lagu Habisi Risma, yang terjadi malah arus balik dan menguatnya dukungan paslon nomor 1," ujar mantan Wali Kota Blitar ini.
Senada dengan Djarot, politikus PDIP Puti Guntur Soekarno juga tidak tinggal diam. Ia mengetahui persis bagaimana Ketua Umum PDIP Megawati mengambil keputusan untuk calon wali kota Surabaya dengan hati-hati dan penuh pertimbangan.
Mernurutnya, hal yang dikedepankan oleh Megawati adalah kepentingan rakyat Surabaya, kemajuan kotanya, dan Eri Armuji dinilai paling pantas melanjutkan kepemimpinan Risma-Whisnu.
"Ketika Mas Armuji sosok senior partai ditetapkan sebagai calon wakil, maka disitulah kepentingan masyarakat Surabaya dikedepankan," ujar Puti.
Cucu Presiden Seokarno tersebut justru meminta seluruh simpatisan, anggota, dan kader partai untuk terus berjuang dengan penuh keyakinan bersama rakyat.
"Seluruh simpatisan, anggota, dan kader Partai jangan tolah-toleh. Tetap berjuang untuk menangkan Eri-Armuji. Lawan telah terapkan politik devide et impera. Jangan terengaruh. Mereka tidak percaya diri. Saya yakin, apa yang disampaikan saudara Seno tidak banyak pengaruhnya. Kita terus tegak lurus bersama Ibu Megawati untuk kehebatan Surabaya. Mari maju bersama PDI Perjuangan, galang kekuatan rakyat," kata Puti.
Ketua DPD PDIP Jatim Kusnadi mengatakan politik segala cara telah dimainkan oleh kubu sebelah. Menurutnya, apa yang mereka lakukan telah merendahkan martabat rakyat Surabaya bahwa sepertinya pemimpin itu bisa dibeli dengan uang.
"Mereka lupa bahwa jurus adu domba, pamer mobil mewah, pamer logistik dan pamer lagu Habisi Risma adalah jurus dan strategi kampanye yang jauh dari etika dan moral politik. Jiwa kepahlawanan rakyat Surabaya, justru semakin kuat menyatu dengan kepemimpinan Risma, Eri dan Armuji," katanya.
Pilkada Surabaya 2020 diikuti pasangan Eri Cahyadi dan Armuji yang diusung oleh PDI Perjuangan dan didukung oleh PSI. Mereka juga mendapatkan tambahan kekuatan dari enam partai politik nonparlemen, yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Hanura, Partai Berkarya, PKPI, dan Partai Garuda.
Sedangkan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman diusung koalisi delapan partai yakni PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat dan Partai Nasdem serta didukung partai non-parlemen yakni Partai Perindo.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Djarot Syaiful Hidayat kepada wartawan di Surabaya, Minggu, mengatakan meski Eri-Armuji selalu dikepung, difitnah, dan lawan mencoba terapkan politik pemecah belah, politik sembako, dan anggaran kampanye yang begitu besar, namun apa yang dilakukan justru menambah soliditas PDI Perjuangan.
"Jurus pemecah belah tidak efektif dan itu justru membuktikan rendahnya etika dan moralitas tim kampanye mereka. PDI Perjuangan makin solid," katanya.
Menurut dia, apa yang dilakukan Tim Pemenangan Paslon Machfud dan Mujiaman dengan merekrut Jagad Hari Suseno, putra sulung mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan Ir. Soetjipto (Pak Tjip), adalah langkah panik karena memang tidak punya rekam jejak unggulan.
Djarot mengatakan Machfud-Mijiaman tidak punya narasi dan program yang membawa kemajuan Kota Surabaya. Maka, mereka hanya bisa menjelek-kan pihak Risma, Eri dan Armuji.
"Lihat saja Lagu Habisi Risma, yang terjadi malah arus balik dan menguatnya dukungan paslon nomor 1," ujar mantan Wali Kota Blitar ini.
Senada dengan Djarot, politikus PDIP Puti Guntur Soekarno juga tidak tinggal diam. Ia mengetahui persis bagaimana Ketua Umum PDIP Megawati mengambil keputusan untuk calon wali kota Surabaya dengan hati-hati dan penuh pertimbangan.
Mernurutnya, hal yang dikedepankan oleh Megawati adalah kepentingan rakyat Surabaya, kemajuan kotanya, dan Eri Armuji dinilai paling pantas melanjutkan kepemimpinan Risma-Whisnu.
"Ketika Mas Armuji sosok senior partai ditetapkan sebagai calon wakil, maka disitulah kepentingan masyarakat Surabaya dikedepankan," ujar Puti.
Cucu Presiden Seokarno tersebut justru meminta seluruh simpatisan, anggota, dan kader partai untuk terus berjuang dengan penuh keyakinan bersama rakyat.
"Seluruh simpatisan, anggota, dan kader Partai jangan tolah-toleh. Tetap berjuang untuk menangkan Eri-Armuji. Lawan telah terapkan politik devide et impera. Jangan terengaruh. Mereka tidak percaya diri. Saya yakin, apa yang disampaikan saudara Seno tidak banyak pengaruhnya. Kita terus tegak lurus bersama Ibu Megawati untuk kehebatan Surabaya. Mari maju bersama PDI Perjuangan, galang kekuatan rakyat," kata Puti.
Ketua DPD PDIP Jatim Kusnadi mengatakan politik segala cara telah dimainkan oleh kubu sebelah. Menurutnya, apa yang mereka lakukan telah merendahkan martabat rakyat Surabaya bahwa sepertinya pemimpin itu bisa dibeli dengan uang.
"Mereka lupa bahwa jurus adu domba, pamer mobil mewah, pamer logistik dan pamer lagu Habisi Risma adalah jurus dan strategi kampanye yang jauh dari etika dan moral politik. Jiwa kepahlawanan rakyat Surabaya, justru semakin kuat menyatu dengan kepemimpinan Risma, Eri dan Armuji," katanya.
Pilkada Surabaya 2020 diikuti pasangan Eri Cahyadi dan Armuji yang diusung oleh PDI Perjuangan dan didukung oleh PSI. Mereka juga mendapatkan tambahan kekuatan dari enam partai politik nonparlemen, yakni Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Hanura, Partai Berkarya, PKPI, dan Partai Garuda.
Sedangkan pasangan Machfud Arifin-Mujiaman diusung koalisi delapan partai yakni PKB, PPP, PAN, Golkar, Gerindra, PKS, Demokrat dan Partai Nasdem serta didukung partai non-parlemen yakni Partai Perindo.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020