Roda perekonomian di Kota Sorong yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada masa pandemi COVID-19 menjadi salah satu contoh daerah di Indonesia yang mampu bertahan di tengah situasi wabah.
Sebagai pusat perdagangan di Provinsi Papua Barat, Kota Sorong cukup ketat dalam melakukan pembatasan pengunjung.
Hal ini disampaikan Wakil Wali Kota Sorong Pahimah Iskandar saat menerima kunjungan kerja Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari bersama Wakil Wali Kota Mojokerto Achmad Rizal Zakaria, Kamis (19/11).
"Ekonomi Kota Sorong selama ini tidak terkontraksi COVID-19, karena kami tidak pernah menutup akses masuk dan keluar dari pelabuhan dan airport. Dua akses tersebut merupakan jalur utama dalam pendistribusian perdagangan. Hanya saja, kami sangat ketat dalam membatasi orang saat masuk, baik dari jalur pelabuhan dan airport. Semua yang datang wajib menjalani tes usap dan tes cepat," kata Wakil Wali Kota Sorong Pahimah Iskandar.
Kota Sorong telah ditetapkan dalam tata ruang wilayah nasional oleh pemerintah pusat sebagai Kawasan Strategis Nasional. Letak Kota Sorong yang sangat strategis, baik dari laut maupun udara, menjadikan kawasan ini sebagai gerbang utama saat masuk ke Tanah Papua.
Oleh karena itu, pendistribusian barang maupun kedatangan wisatawan semuanya akan singgah terlebih dahulu melalui Kota Sorong.
"Kota Sorong ini memiliki Bandara Domine Eduard Osok (DEO) yang merupakan bandara termegah di tanah Papua. Selain itu, pelabuhan tol laut yang terus dikembangkan menjadi pelabuhan yang strategis untuk pertumbuhan ekonomi daerah. Kendati Kota Sorong merupakan pusat perdagangan bagi beberapa daerah dan sempat mengalami perlambatan, namun tiga bulan ini justru mengalami deflasi. Tapi pertumbuhan ekonominya masih bagus," kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari.
Sedikit berbeda dengan Kota Mojokerto yang merupakan daerah penyangga dari Ibu Kota Provinsi Jatim pada sektor perdagangan, lanjut Ning Ita (sapaan akrab Wali Kota Mojokerto).
Namun, pada saat kondisi pandemi berlangsung, Kota Mojokerto sempat menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang secara tidak langsung berdampak pada penurunan ekonomi di masyarakat.
"Kota Sorong dengan Kota Mojokerto, memiliki kemiripan pada sektor perdagangan. Yakni, sama-sama menjadi pusat perdagangan bagi daerah lainnya. Namun, ada aturan yang dimiliki Pemerintah Kota Sorong dalam masa pandemi berlangsung, sehingga roda perekonomian mereka masih tetap stabil. Untuk itu, kami ingin menambah informasi bagaimana Kota Sorong dapat bertahan, bahkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya di situasi COVID-19," jelas wali kota perempuan pertama di Mojokerto.
Seperti yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada rapat terbatas secara daring dengan para pimpinan daerah beberapa waktu lalu, bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Sorong telah mencapai 9,6 persen jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, Presiden Joko Widodo berencana menjadikan Kota Sorong sebagai pusat pertumbuhan perekonomian di Indonesia Timur.
Sebagai pusat perdagangan di Provinsi Papua Barat, Kota Sorong cukup ketat dalam melakukan pembatasan pengunjung.
Hal ini disampaikan Wakil Wali Kota Sorong Pahimah Iskandar saat menerima kunjungan kerja Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari bersama Wakil Wali Kota Mojokerto Achmad Rizal Zakaria, Kamis (19/11).
"Ekonomi Kota Sorong selama ini tidak terkontraksi COVID-19, karena kami tidak pernah menutup akses masuk dan keluar dari pelabuhan dan airport. Dua akses tersebut merupakan jalur utama dalam pendistribusian perdagangan. Hanya saja, kami sangat ketat dalam membatasi orang saat masuk, baik dari jalur pelabuhan dan airport. Semua yang datang wajib menjalani tes usap dan tes cepat," kata Wakil Wali Kota Sorong Pahimah Iskandar.
Kota Sorong telah ditetapkan dalam tata ruang wilayah nasional oleh pemerintah pusat sebagai Kawasan Strategis Nasional. Letak Kota Sorong yang sangat strategis, baik dari laut maupun udara, menjadikan kawasan ini sebagai gerbang utama saat masuk ke Tanah Papua.
Oleh karena itu, pendistribusian barang maupun kedatangan wisatawan semuanya akan singgah terlebih dahulu melalui Kota Sorong.
"Kota Sorong ini memiliki Bandara Domine Eduard Osok (DEO) yang merupakan bandara termegah di tanah Papua. Selain itu, pelabuhan tol laut yang terus dikembangkan menjadi pelabuhan yang strategis untuk pertumbuhan ekonomi daerah. Kendati Kota Sorong merupakan pusat perdagangan bagi beberapa daerah dan sempat mengalami perlambatan, namun tiga bulan ini justru mengalami deflasi. Tapi pertumbuhan ekonominya masih bagus," kata Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari.
Sedikit berbeda dengan Kota Mojokerto yang merupakan daerah penyangga dari Ibu Kota Provinsi Jatim pada sektor perdagangan, lanjut Ning Ita (sapaan akrab Wali Kota Mojokerto).
Namun, pada saat kondisi pandemi berlangsung, Kota Mojokerto sempat menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang secara tidak langsung berdampak pada penurunan ekonomi di masyarakat.
"Kota Sorong dengan Kota Mojokerto, memiliki kemiripan pada sektor perdagangan. Yakni, sama-sama menjadi pusat perdagangan bagi daerah lainnya. Namun, ada aturan yang dimiliki Pemerintah Kota Sorong dalam masa pandemi berlangsung, sehingga roda perekonomian mereka masih tetap stabil. Untuk itu, kami ingin menambah informasi bagaimana Kota Sorong dapat bertahan, bahkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya di situasi COVID-19," jelas wali kota perempuan pertama di Mojokerto.
Seperti yang disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada rapat terbatas secara daring dengan para pimpinan daerah beberapa waktu lalu, bahwa pertumbuhan ekonomi Kota Sorong telah mencapai 9,6 persen jauh di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, Presiden Joko Widodo berencana menjadikan Kota Sorong sebagai pusat pertumbuhan perekonomian di Indonesia Timur.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020