Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur mendorong pengembangan kawasan industri halal dengan memperbanyak sertifikasi halal bagi usaha mikro kecil dan menengah di wilayah setempat.
Kepala Disperindag Jawa Timur Drajat Irawan di Surabaya, Rabu, mengatakan berdasarkan data Majelis Ulama Indonesia (MUI), industri Jawa Timur yang telah mendapatkan sertifikat sebanyak 2.039 sertiifikat, sedangkan yang telah diterbikan Badan Penyelenggara Jaminan produk Halal (BPJPH) sejumlah 184 sertifikat.
Sementara Disiperindag Jatim selama rentang waktu 2017 hingga 2019 telah memberikan fasilitasi halal kepada 385 Industri Kecil Menengah (IKM) Jatim.
“BPJPH telah menerbitkan sertifikat halal sejak 17 Oktober 2019 sejumlah 184 sertifikat untuk Jawa Timur. Tahun ini, kita mendapatkan kuota fasilitasi untuk UMKM sebanyak 428 unit usaha," katanya.
Drajat mengakui Jawa Timur memiliki potensi yang cemerlang sebagai hub industri halal atau pusat industri halal terintegrasi yang berbasis pada komoditas/produk/jasa unggulan.
"Jatim memiliki UMKM cukup besar dengan presentase 60 persen adalah industri makanan dan minuman. Dan 40 persennya UMKM tersebut telah memiliki sertifikasi halal dan di dominasi oleh sektor makanan dan minuman," katanya.
Selain itu, potensi Jatim sebagai kawasan industri halal juga didukung PT Berkah Makmur Amanda yang mengelola Kawasan Industri Safe n Lock di Sidoarjo sebagai pusat KIH dengan luas sebesar 262 Ha, sementara yang digunakan sebagai KIH seluas 148 hektare.
Drajat mengatakan melalui KIH yang berada di Sidoarjo, Pemprov Jatim berharap suatu hari Jatim menjadi pusat halal dunia khususnya untuk sektor pariwisata, mamin, kosmetik, serta kesehatan.
Direktur Utama PT Makmur Berkah Amanda, Tbk., Adi Saputra Tedja Surya selaku selaku pengembang kawasan industri halal di Sidoarjo mengakui bahwa 24 persen dari populasi dunia adalah muslim dengan kontribusi sebesar 2,2 triliun dolar AS per tahun dan diprediksikan akan naik sebesar 5,2 persen per tahun dan mencapai 3,2 triliun dolar AS di tahun 2024.
Sementara itu, Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia dengan jumlah penduduk muslim sebesar 299 juta jiwa saat ini menjadi importer produk halal terbesar di dunia yang nilainya mencapai 167,9 miliar dolar AS.
"Berdasarkan data Global Economy Report 2019/2020, Indonesia belum mempunyai peran yang cukup besar dalam ekonomi halal di dunia, posisi Indonesia masih di bawah Malaysia, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Saudi Arabia," katanya.
Oleh karena itu, kata Adi, peluang pasar dan investasi sektor halal di Indonesia cukup besar, karena merupakan salah satu negara yang memiliki populasi penduduk muslim terbesar di dunia, dengan tingkat konsumsi produk-produk halal di Indonesia setiap tahunnya meningkat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020