Setiap santri pasti tangguh. Untuk apa Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober sejak tahun 2015 lalu kalau bukan karena ketangguhannya.
Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional merujuk pada peristiwa sejarah di tahun 1945.
Saat itu KH Hasyim Asyari menyerukan jihad kepada kaum santri dan umat Islam untuk melawan tentara sekutu Inggris, sebagai pemenang Perang Dunia II, yang tiba di Tanah Air dengan diboncengi Belanda, berkedok normalisasi wilayah bekas pendudukan Jepang, pascaproklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
KH Hasyim Asyari adalah pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, di tahun 1899. Salah satu pondok pesantren tertua dalam sejarah lembaga pendidikan Islam Indonesia.
Beliau pula yang mendirikan organisasi massa (ormas) Islam terbesar Nahdlatul Ulama. Namanya hingga kini abadi sebagai Pahlawan Nasional.
Bagi Presiden Jokowi, penetapan Hari Santri Nasional adalah pengakuan resmi Pemerintah Republik Indonesia atas peran besar ulama bersama kaum santri dan umat Islam dalam berjuang, merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Peran santri di bawah gemblengan ulama terbukti tangguh sepanjang masa. Bagaimana tidak tangguh, sejak awal pondok pesantren berdiri di Tanah Air, mereka sudah dituntut untuk hidup mandiri, salah satunya dengan tinggal di pondokan selama menuntut ilmu.
Mengikuti perkembangan zaman hingga pondok pesantren tumbuh dari "salaf" menjadi modern, tradisi kemandirian santri masih tetap terjaga. Itu yang menjadikannya tangguh.
Kaum santri pun berperan mewarnai berbagai aspek kehidupan bernegara, mulai dari sosial, ekonomi dan politik di Tanah Air. Banyak santri sukses menjadi pedagang, sesuai dengan sejarah Agama Islam yang konon masuk ke Indonesia dari para pedagang asal Gujarat, India.
Selain itu, sudah ada santri yang pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Banyak santri yang menjabat menteri di berbagai era pemerintahan Republik Indonesia. Bahkan Wakil Presiden Republik Indonesia yang menjabat saat ini adalah seorang santri.
Ketangguhan santri teruji di masa pandemi virus corona (COVID-19). Banyak santri di berbagai pondok pesantren Tanah Air yang dilaporkan terinfeksi. Tapi, mereka telah bangkit melawan pandemi. Banyak pondok pesantren yang kini justru telah memulai proses belajar-mengajar tatap muka di saat sekolah umum masih daring demi pencegahan COVID-19.
Hari Santri Nasional tahun ini mengusung tema "Santri Sehat Indonesia Kuat". Semoga ketangguhan kaum santri menginspirasi kebangkitan masyarakat Indonesia di tengah situasi sulit akibat dampak sosial ekonomi pandemi COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional merujuk pada peristiwa sejarah di tahun 1945.
Saat itu KH Hasyim Asyari menyerukan jihad kepada kaum santri dan umat Islam untuk melawan tentara sekutu Inggris, sebagai pemenang Perang Dunia II, yang tiba di Tanah Air dengan diboncengi Belanda, berkedok normalisasi wilayah bekas pendudukan Jepang, pascaproklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
KH Hasyim Asyari adalah pendiri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, di tahun 1899. Salah satu pondok pesantren tertua dalam sejarah lembaga pendidikan Islam Indonesia.
Beliau pula yang mendirikan organisasi massa (ormas) Islam terbesar Nahdlatul Ulama. Namanya hingga kini abadi sebagai Pahlawan Nasional.
Bagi Presiden Jokowi, penetapan Hari Santri Nasional adalah pengakuan resmi Pemerintah Republik Indonesia atas peran besar ulama bersama kaum santri dan umat Islam dalam berjuang, merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Peran santri di bawah gemblengan ulama terbukti tangguh sepanjang masa. Bagaimana tidak tangguh, sejak awal pondok pesantren berdiri di Tanah Air, mereka sudah dituntut untuk hidup mandiri, salah satunya dengan tinggal di pondokan selama menuntut ilmu.
Mengikuti perkembangan zaman hingga pondok pesantren tumbuh dari "salaf" menjadi modern, tradisi kemandirian santri masih tetap terjaga. Itu yang menjadikannya tangguh.
Kaum santri pun berperan mewarnai berbagai aspek kehidupan bernegara, mulai dari sosial, ekonomi dan politik di Tanah Air. Banyak santri sukses menjadi pedagang, sesuai dengan sejarah Agama Islam yang konon masuk ke Indonesia dari para pedagang asal Gujarat, India.
Selain itu, sudah ada santri yang pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia. Banyak santri yang menjabat menteri di berbagai era pemerintahan Republik Indonesia. Bahkan Wakil Presiden Republik Indonesia yang menjabat saat ini adalah seorang santri.
Ketangguhan santri teruji di masa pandemi virus corona (COVID-19). Banyak santri di berbagai pondok pesantren Tanah Air yang dilaporkan terinfeksi. Tapi, mereka telah bangkit melawan pandemi. Banyak pondok pesantren yang kini justru telah memulai proses belajar-mengajar tatap muka di saat sekolah umum masih daring demi pencegahan COVID-19.
Hari Santri Nasional tahun ini mengusung tema "Santri Sehat Indonesia Kuat". Semoga ketangguhan kaum santri menginspirasi kebangkitan masyarakat Indonesia di tengah situasi sulit akibat dampak sosial ekonomi pandemi COVID-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020