Dokter spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dr Vekky Sariowan, Sp.JP., menyampaikan bahwa salah satu langkah awal mencegah terjadinya stroke adalah dengan melakukan deteksi dini penyakit fibrilasi atrium.
"Metode deteksi penyakit fibrilasi atrium adalah meraba nadi sendiri, terutama pada individu berusia 65 tahun ke atas," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima di Surabaya, Senin.
Hal ini, kata dia, dilatarbelakangi karena lebih dari 30 persen penderita fibrilasi atrium gejala awalnya adalah stroke.
Ia menerangkan, fibrilasi atrium adalah suatu keadaan saat serambi (atrium) jantung tidak berkontraksi secara normal atau hanya terjadi fibrilasi, menyebabkan jantung berdenyut secara ireguler.
Keadaan ini, lanjut dia, menyebabkan aliran darah di serambi jantung menjadi stasis dan mudah terbentuk bekuan darah.
"Bekuan darah pada ruang jantung tersebut yang apabila terlepas dapat menyebabkan sumbatan aliran darah otak (cardioembolic)," ucap dokter asal Siloam Hospitals Manado tersebut.
Selain itu, dr Vekky mengingatkan beberapa tindakan medis lanjutan untuk deteksi stroke yaitu dengan melakukan penapisan atau pemeriksaan berkala pada setiap individu sehat yang berusia >65 tahun, seperti pemeriksaan tekanan darah, rekam Jantung dan laboratorium.
Di sisi lain, menghadapi Pandemi COVID-19, Siloam Hospitals Manado sangat ketat menerapkan protokol kesehatan melindungi pasien yang datang berkunjung dan melakukan pengobatan.
Dengan menerapkan prinsip "clean and clear hospitals" kebersihan dan kesehatan pada lingkup rumah sakit senantiasa dikedepankan setiap waktunya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Metode deteksi penyakit fibrilasi atrium adalah meraba nadi sendiri, terutama pada individu berusia 65 tahun ke atas," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima di Surabaya, Senin.
Hal ini, kata dia, dilatarbelakangi karena lebih dari 30 persen penderita fibrilasi atrium gejala awalnya adalah stroke.
Ia menerangkan, fibrilasi atrium adalah suatu keadaan saat serambi (atrium) jantung tidak berkontraksi secara normal atau hanya terjadi fibrilasi, menyebabkan jantung berdenyut secara ireguler.
Keadaan ini, lanjut dia, menyebabkan aliran darah di serambi jantung menjadi stasis dan mudah terbentuk bekuan darah.
"Bekuan darah pada ruang jantung tersebut yang apabila terlepas dapat menyebabkan sumbatan aliran darah otak (cardioembolic)," ucap dokter asal Siloam Hospitals Manado tersebut.
Selain itu, dr Vekky mengingatkan beberapa tindakan medis lanjutan untuk deteksi stroke yaitu dengan melakukan penapisan atau pemeriksaan berkala pada setiap individu sehat yang berusia >65 tahun, seperti pemeriksaan tekanan darah, rekam Jantung dan laboratorium.
Di sisi lain, menghadapi Pandemi COVID-19, Siloam Hospitals Manado sangat ketat menerapkan protokol kesehatan melindungi pasien yang datang berkunjung dan melakukan pengobatan.
Dengan menerapkan prinsip "clean and clear hospitals" kebersihan dan kesehatan pada lingkup rumah sakit senantiasa dikedepankan setiap waktunya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020