Jalan sirip di jalur selingkar Wilis Tulungagung, Jawa Timur, dilaporkan ambrol terseret longsor imbas hujan lebat yang mengguyur wilayah tersebut sepekan terakhir.

Pantauan di lokasi, kejadian di titik ruas Desa Kradinan, Kecamatan Pagerwojo, Rabu, longsor menyebabkan tanah penopang beton berlapis aspal di separuh badan jalan amblas hingga dasar jurang sedalam 15 meter.

Beruntung tidak ada kendaraan melintas saat kejadian. Titik longsor juga jauh dari pemukiman penduduk.

"Dua tahun lalu ruas ini sudah longsor dan dibenahi dengan cor beton berlapis aspal. Namun, karena di sekitar lokasi terdapat mata air, mengakibatkan tanah di sekitarnya terkikis dan terjadi longsor lagi," kata Sekretaris Desa Kradinan, Budi Prayogo.

Tanda-tanda pergerakan tanah di bawah cor beton aspal sebenarnya sudah diidentifikasi warga desa. Namun, rupanya pergerakan tanah lebih cepat dari perkiraan.

Puncaknya terjadi usai hujan deras awal September. Separuh badan jalan patah dan ambrol ke jurang. Dampaknya akses jalan hanya tersisa separuhnya.
Pengendara melintas di sisi jalan sirip Tulungagung-Trenggalek yang ambrol terseret longsor di Desa Kradinan, Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (9/9/2020). (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)


Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, BPBD Tulungagung bersama perangkat desa, warga dan dibantu TNI/Polri bergotong-royong memasang pengaman berupa pagar bambu, water barier di sekitar titik longsor. Hal ini dilakukan agar kendaraan yang melintas tidak terperosok ke dalam lokasi longsor.

Budi mengaku jalan kabupaten menjadi akses utama bagi masyarakat di Kecamatan Pagerwojo serta jalur alternatif untuk ke Trenggalek dan Ponorogo dari sisi utara.

Jika jalan tersebut sampai putus total maka sebagian warga di Desa Sidomulyo, Kecamatan Pagerwojo akan terisolasi. Sebab tidak ada jalur alternatif menuju daerah bawah.

"Kalau sepeda motor mungkin masih bisa lewat alternatif lain, tapi kalau mobil sulit," katanya.

Kata Budi, akses jalan tersebut rencana akan mulai dibangun pada 18 September mendatang.

Budi berharap pembangunan dilakukan dengan maksimal sehingga tidak mudah longsor atau rusak. "Apalagi di situ ada mata airnya, kalau pondasi atau pancangnya tidak kuat akan mudah rusak," katanya.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020