Pemerintah Kabupaten Trenggalek berinisiatif menggabungkan dua metode pembelajaran selama pandemi COVID-19, yakni daring dan luring, sebagai upaya mengakomodasi hak pendidikan bagi siswa yang tidak memiliki akses internet.
"Kami menyebut sistem pembelajaran ini dengan istilah metode bauran, yakni sistem pembelajaran tatap muka namun hanya kepada sekelompok kecil siswa, sementara kelompok lain mengikuti pembelajaran secara daring," kata Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin di Trenggalek, Sabtu.
Terobosan kebijakan itu, kata dia, terinspirasi dari pidato Presiden Joko Widodo yang mendorong semua elemen bangsa agar menjadikan krisis pandemi COVID-19 sebagai momentum mencapai kemajuan.
"Coba bayangkan ada peserta didik yang tidak memiliki (akses, red.) internet. Mereka menjadi minder. Bagaimana anak yang tumbuh dalam keminderan karena memiliki orang tua atau keluarga yang mungkin beli ponsel atau pulsa saja tidak mampu, kira-kira pendidikan kita akan membangun anak seperti apa," kata Bupati Nur Arifin saat memulai metode pembelajaran bauran di SMPN 1 Watulimo.
Menurut Nur Arifin, dengan metode mix learning atau bauran nantinya akan ada satu rombongan belajar yang dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing 10 siswa.
Dalam satu hari, satu kelompok akan mengikuti pembelajaran tatap muka di dalam kelas, sementara kelompok lainnya secara daring dari rumah.
"Tujuannya sebenarnya dua. Satu sisi untuk memastikan bahwa pendidikan ini inklusif karena tidak semua punya (akses, red.) internet, tidak semua punya ponsel Android, tidak semua punya laptop, tidak semua mampu untuk mencukupi atau membeli kuota," kata Nur Arifin.
Sisi kedua, lanjut Arifin, untuk melakukan internalisasi protokol kesehatan kepada para siswa, sehingga diharapkan dengan membiasakan protokol kesehatan, akan terbawa oleh para siswa hingga di lingkungan keluarga atau tempat tinggalnya.
Namun, untuk saat ini, metode pembelajaran bauran baru akan dimulai di sekolah setingkat SMP di Kecamatan Watulimo. Kemudian akan dilakukan evaluasi dalam dua minggu ke depan, di mana Dinas Kesehatan akan melakukan sampling, baik tes usap maupun tes cepar.
Jika tidak ditemukan klaster atau kasus baru dari sektor pendidikan maka akan diperluas di sekolah-sekolah lain di seluruh kecamatan di Kabupaten Trenggalek.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Kami menyebut sistem pembelajaran ini dengan istilah metode bauran, yakni sistem pembelajaran tatap muka namun hanya kepada sekelompok kecil siswa, sementara kelompok lain mengikuti pembelajaran secara daring," kata Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin di Trenggalek, Sabtu.
Terobosan kebijakan itu, kata dia, terinspirasi dari pidato Presiden Joko Widodo yang mendorong semua elemen bangsa agar menjadikan krisis pandemi COVID-19 sebagai momentum mencapai kemajuan.
"Coba bayangkan ada peserta didik yang tidak memiliki (akses, red.) internet. Mereka menjadi minder. Bagaimana anak yang tumbuh dalam keminderan karena memiliki orang tua atau keluarga yang mungkin beli ponsel atau pulsa saja tidak mampu, kira-kira pendidikan kita akan membangun anak seperti apa," kata Bupati Nur Arifin saat memulai metode pembelajaran bauran di SMPN 1 Watulimo.
Menurut Nur Arifin, dengan metode mix learning atau bauran nantinya akan ada satu rombongan belajar yang dibagi menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing 10 siswa.
Dalam satu hari, satu kelompok akan mengikuti pembelajaran tatap muka di dalam kelas, sementara kelompok lainnya secara daring dari rumah.
"Tujuannya sebenarnya dua. Satu sisi untuk memastikan bahwa pendidikan ini inklusif karena tidak semua punya (akses, red.) internet, tidak semua punya ponsel Android, tidak semua punya laptop, tidak semua mampu untuk mencukupi atau membeli kuota," kata Nur Arifin.
Sisi kedua, lanjut Arifin, untuk melakukan internalisasi protokol kesehatan kepada para siswa, sehingga diharapkan dengan membiasakan protokol kesehatan, akan terbawa oleh para siswa hingga di lingkungan keluarga atau tempat tinggalnya.
Namun, untuk saat ini, metode pembelajaran bauran baru akan dimulai di sekolah setingkat SMP di Kecamatan Watulimo. Kemudian akan dilakukan evaluasi dalam dua minggu ke depan, di mana Dinas Kesehatan akan melakukan sampling, baik tes usap maupun tes cepar.
Jika tidak ditemukan klaster atau kasus baru dari sektor pendidikan maka akan diperluas di sekolah-sekolah lain di seluruh kecamatan di Kabupaten Trenggalek.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020