SMKN 6 Surabaya menggelar simulasi pembelajaran tatap muka, Rabu, setelah sekolah ini ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur sebagai proyek percontohan pembelajaran tatap muka yang dimulai pada 18 Agustus mendatang.
"Simulasi ini digelar untuk mengetahui kesiapan dan kekurangan sekolah dalam penyelenggaraan pembelajaran tatap muka," kata Kepala SMKN 6 Surabaya Bahrun di sela simulasi.
Ia menjelaskan penerapan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 tidak hanya dilakukan di lingkungan sekolah, melainkan juga saat siswa berangkat dari rumah.
"Kami menyediakan sembilan thermogun dan 30 lebih wastafel di sudut sekolah. Sementara dari evaluasi di hari pertama kemarin kami masih melihat adanya penumpukan saat pulang, karena ada siswa yang dijemput dan bawa motor sendiri. Ini akan kita evaluasi agar tetap tertib dan menjaga jarak," katanya.
Evaluasi lain adalah penempatan wastafel dan tingkat kesadaran siswa untuk menjaga jarak masih minim.
"Memang ini kebiasaan baru. Karena masih belum terbiasa, jadi guru-guru juga sering mengingatkan untuk tetap menjaga jarak," kata dia.
Dikatakan Bahrun, dengan waktu simulasi selama empat hari ini, pihaknya akan membuat pola yang berbeda setiap harinya yang didasarkan pada evaluasi. Selain itu, untuk mencari formula agar kesehatan siswa dan guru juga tetap terjamin.
"Jadi, memang untuk protokol kesehatannya kami buat ketat. Meskipun simulasi siswa yang datang juga harus bawa surat pernyataan sehat dari orang tua, tidak perlu ke rumah sakit dan puskesmas. Begitupun jika orang tua tidak berkenan anaknya masuk, ya kami ikutkan belajar daring," ucapnya.
Dalam pembelajaran tatap muka nanti, Bahrun mengungkapkan jika materi yang disampaikan akan berfokus pada teori dan pembelajaran adaptif normatif. Pasalnya, pembelajaran tatap muka maksimal hanya tiga jam pelajaran.
"Ada pemampatan kompetensi dasar materi yang akan disampaikan. Kami sudah koordinasi dengan guru mapel (mata pelajaran) karena waktunya hanya empat jam, maka ini tugasnya guru-guru untuk berkreasi dengan materi dan waktu yang diberikan terbatas," tuturnya.
Namun, untuk pembelajaran materi produktif atau kejuruan, pihaknya akan menggunakan metode center of teacher, yakni ketika praktikum guru yang akan mempraktikkan dan siswa menganalisanya.
"Untuk metode itu akan diterapkan di jurusan-jurusan yang praktikkan mandiri seperti kecantikan. Tetapi, untuk praktik yang dilakukan secara kelompok ini beda lagi, siswa yang melakukan praktik sendiri. Jumlahnya tergantung tingkat kompleksitas praktik, minimal dua siswa, tergantung peralatan praktiknya juga," ujarnya.
Sementara untuk sesi pembelajaran, pihak SMKN 6 masih akan membahasnya usai mengadakan evaluasi pada hari terakhir.
Jika memungkinkan, pihak sekolah akan membuat dua sesi dalam sehari untuk 2.412 orang siswa dengan 76 ruang kelas yang disiapkan. Mengingat Surabaya berada di zona oranye, sekolah hanya diperkenankan mengisi setiap kelasnya sebanyak 25 persen dari kapasitas.
"Sisanya nanti daring. Jadi, siswa yang datang di hari Senin tidak akan lagi ikut di hari berikutnya. Ini akan bergiliran. Paling tidak seminggu mereka akan melakukan tatap muka sekali. Setiap hari nanti guru-guru yang mengajar juga berbeda-beda. Kami juga akan melakukan sterilisasi ruangan jika memang memungkinkan penggunaan dua sesi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020