Pakar sistem integrasi peternakan dari IPB University Prof Asnath M Fuah mengatakan jangkrik adalah salah satu pangan alternatif yang bisa menambah nilai gizi dan kaya akan protein serta memiliki nilai ekonomi cukup menjanjikan.
"Sebetulnya jangkrik bisa dijadikan olahan pangan asal pengolahannya baik dan berlabel dan kita bisa membawanya ke market yang luas," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan selama ini seringkali masyarakat memandang sebelah mata terhadap beberapa satwa yang terlihat seperti hama atau menjijikkan. Padahal, di balik itu terdapat banyak manfaat di antaranya jangkrik yang bisa mendongkrak nilai ekonomi.
Saat ini masyarakat Indonesia lebih mengedepankan penggunaan jangkrik sebagai pakan unggas. Padahal, dengan pemasaran yang baik dan produksi pangan menggunakan tepung jangkrik akan lebih diminati oleh pasar.
Dengan permintaan yang tinggi untuk pakan unggas, pemasok jangkrik belum memenuhi sehingga usaha budi daya jangkrik dinilai memiliki potensi ekonomi yang bagus.
Terutama budidaya jangkrik jenis kliring, cendawang dan kalung yang memiliki produktivitas tinggi. Selain itu, pemeliharaannya mudah serta ramah lingkungan.
Senada dengan itu, pakar Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan sekaligus dosen IPB University Prof Dewi Apri Astuti mengatakan penggunaan tepung jangkrik juga berguna bagi ternak ruminansia dengan kondisi kelahiran tertentu serta pada masa kehamilan.
Saat ini peternak lebih sering menggunakan bungkil kedelai dan tepung ikan yang masih diimpor. Padahal, dengan penambahan tepung jangkrik nilai gizinya pun tidak berbeda, katanya. Ia mengatakan hasil riset juga mengungkapkan bahwa ternak kambing dalam masa kehamilan setelah diberi pakan tepung jangkrik menunjukkan perbaikan nilai gizi dalam darah. Selain itu, pada kambing jantan kualitas spermanya pun menjadi lebih baik.
"Namun, pemberian tepung jangkrik sebagai pengganti susu maupun pakan bagi ternak hanya bersifat sementara saja," ujarnya.
Terkait usaha budi daya jangkrik, pakar Satwa Harapan Fakultas Peternakan IPB University Dr Yuni Cahya Endrawati mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peternak jangkrik yaitu kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban.
Sebab, tempat budi daya harus sama dengan habitat aslinya. Selain itu, tipe opositor pada tubuh tiap jenis jangkrik harus diperhatikan karena akan menentukan manajemen penetasannya.
Perbandingan antara beberapa jenis jangkrik yang dibudidayakan di Indonesia menunjukkan bahwa karakteristik jangkrik bimaculatus atau kalung memiliki keunggulan yang berbeda, baik dari umur hingga kandungan nutrien lebih baik.
Walaupun jangkrik jenis mitratus memiliki penetasan yang lebih tinggi, karakternya yang lincah membutuhkan penanganan agak sulit. Jadi inilah alasan mengapa bimaculatus lebih unggul.
Sementara itu, Ahmad Anwari Ketua Kelompok Ternak Jangkrik Perwira Bekasi mengatakan budi daya jangkrik selain menguntungkan juga tidak memerlukan halaman yang luas untuk budidayanya.
"Pakan pendamping pun sangat mudah didapatkan seperti daun pisang maupun rerumputan yang berkadar air tinggi," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Sebetulnya jangkrik bisa dijadikan olahan pangan asal pengolahannya baik dan berlabel dan kita bisa membawanya ke market yang luas," kata dia melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan selama ini seringkali masyarakat memandang sebelah mata terhadap beberapa satwa yang terlihat seperti hama atau menjijikkan. Padahal, di balik itu terdapat banyak manfaat di antaranya jangkrik yang bisa mendongkrak nilai ekonomi.
Saat ini masyarakat Indonesia lebih mengedepankan penggunaan jangkrik sebagai pakan unggas. Padahal, dengan pemasaran yang baik dan produksi pangan menggunakan tepung jangkrik akan lebih diminati oleh pasar.
Dengan permintaan yang tinggi untuk pakan unggas, pemasok jangkrik belum memenuhi sehingga usaha budi daya jangkrik dinilai memiliki potensi ekonomi yang bagus.
Terutama budidaya jangkrik jenis kliring, cendawang dan kalung yang memiliki produktivitas tinggi. Selain itu, pemeliharaannya mudah serta ramah lingkungan.
Senada dengan itu, pakar Nutrisi Ternak Fakultas Peternakan sekaligus dosen IPB University Prof Dewi Apri Astuti mengatakan penggunaan tepung jangkrik juga berguna bagi ternak ruminansia dengan kondisi kelahiran tertentu serta pada masa kehamilan.
Saat ini peternak lebih sering menggunakan bungkil kedelai dan tepung ikan yang masih diimpor. Padahal, dengan penambahan tepung jangkrik nilai gizinya pun tidak berbeda, katanya. Ia mengatakan hasil riset juga mengungkapkan bahwa ternak kambing dalam masa kehamilan setelah diberi pakan tepung jangkrik menunjukkan perbaikan nilai gizi dalam darah. Selain itu, pada kambing jantan kualitas spermanya pun menjadi lebih baik.
"Namun, pemberian tepung jangkrik sebagai pengganti susu maupun pakan bagi ternak hanya bersifat sementara saja," ujarnya.
Terkait usaha budi daya jangkrik, pakar Satwa Harapan Fakultas Peternakan IPB University Dr Yuni Cahya Endrawati mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peternak jangkrik yaitu kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban.
Sebab, tempat budi daya harus sama dengan habitat aslinya. Selain itu, tipe opositor pada tubuh tiap jenis jangkrik harus diperhatikan karena akan menentukan manajemen penetasannya.
Perbandingan antara beberapa jenis jangkrik yang dibudidayakan di Indonesia menunjukkan bahwa karakteristik jangkrik bimaculatus atau kalung memiliki keunggulan yang berbeda, baik dari umur hingga kandungan nutrien lebih baik.
Walaupun jangkrik jenis mitratus memiliki penetasan yang lebih tinggi, karakternya yang lincah membutuhkan penanganan agak sulit. Jadi inilah alasan mengapa bimaculatus lebih unggul.
Sementara itu, Ahmad Anwari Ketua Kelompok Ternak Jangkrik Perwira Bekasi mengatakan budi daya jangkrik selain menguntungkan juga tidak memerlukan halaman yang luas untuk budidayanya.
"Pakan pendamping pun sangat mudah didapatkan seperti daun pisang maupun rerumputan yang berkadar air tinggi," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020