Pakar Biologi Sel dan Molekuler Universitas Brawijaya (UB) Malang Prof Dr Sutiman Bambang Sumitro mendorong masyarakat untuk mewujudkan rasa empatinya kepada sesama di masa pandemi COVID-19 dengan memakai masker.
"Untuk menjaga agar penyebaran virus corona tidak menaik tajam, sehingga melampaui kapasitas sistem layanan kesehatan yang ada, masyarakat harus menumbuhkan rasa empati kepada orang lain," kata Prof Sutiman di Malang, Jumat.
Menurut peneliti rokok sehat itu, salah satu empati masyarakat bisa diwujudkan dengan memakai masker. Memakai masker bukan untuk diri sendiri, tapi untuk orang lain yang lemah dan rentan terkena COVID-19 atau yang biasa disebut komorbid.
Jika hal ini bisa ditumbuhkan, kata Sutiman, bukan mustahil suatu saat nanti Indonesia menjadi sebuah negara maju, sebab ciri negara maju adalah masyarakat yang mempunyai kepekaan sosial terhadap orang lain.
"Di negara maju, masyarakatnya lebih banyak yang berstatus tangan di atas atau menanyakan (menawarkan diri, red.) pada seseorang apa yang bisa dikerjakan untuk mereka," ujarnya.
Dia mengatakan dengan kepekaan yang dimiliki masyarakat, akan tumbuh rasa untuk tidak menimbulkan masalah dengan orang lain.
Adaptasi kebiasaan baru yang saat ini diterapkan pada masyarakat Indonesia merupakan sebuah proses pendidikan yang sebenarnya sudah sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti posyandu, 10 Program Pokok PKK, dan 3 M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) untuk mencegah demam berdarah.
"Sekarang kita harus beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk hidup lebih baik dan kualitas kesehatan yang juga lebih baik dengan memakai masker jika beraktivitas di luar rumah, sering cuci tangan dengan sabun, menggunakan penyanitasi tangan, serta menjaga jarak fisik maupun sosial," tuturnya.
Kebiasaan-kebiasaan baru di tengah masyarakat untuk hidup yang lebih baik dan sehat, kata Sutiman, sudah sering dilakukan jauh sebelum munculnya pandemi COVID-19.
"Sekarang tergantung dari niat, kita harusnya bersatu untuk memerangi musuh bersama yang dinamakan COVID-19," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Untuk menjaga agar penyebaran virus corona tidak menaik tajam, sehingga melampaui kapasitas sistem layanan kesehatan yang ada, masyarakat harus menumbuhkan rasa empati kepada orang lain," kata Prof Sutiman di Malang, Jumat.
Menurut peneliti rokok sehat itu, salah satu empati masyarakat bisa diwujudkan dengan memakai masker. Memakai masker bukan untuk diri sendiri, tapi untuk orang lain yang lemah dan rentan terkena COVID-19 atau yang biasa disebut komorbid.
Jika hal ini bisa ditumbuhkan, kata Sutiman, bukan mustahil suatu saat nanti Indonesia menjadi sebuah negara maju, sebab ciri negara maju adalah masyarakat yang mempunyai kepekaan sosial terhadap orang lain.
"Di negara maju, masyarakatnya lebih banyak yang berstatus tangan di atas atau menanyakan (menawarkan diri, red.) pada seseorang apa yang bisa dikerjakan untuk mereka," ujarnya.
Dia mengatakan dengan kepekaan yang dimiliki masyarakat, akan tumbuh rasa untuk tidak menimbulkan masalah dengan orang lain.
Adaptasi kebiasaan baru yang saat ini diterapkan pada masyarakat Indonesia merupakan sebuah proses pendidikan yang sebenarnya sudah sering diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti posyandu, 10 Program Pokok PKK, dan 3 M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) untuk mencegah demam berdarah.
"Sekarang kita harus beradaptasi dengan kebiasaan baru untuk hidup lebih baik dan kualitas kesehatan yang juga lebih baik dengan memakai masker jika beraktivitas di luar rumah, sering cuci tangan dengan sabun, menggunakan penyanitasi tangan, serta menjaga jarak fisik maupun sosial," tuturnya.
Kebiasaan-kebiasaan baru di tengah masyarakat untuk hidup yang lebih baik dan sehat, kata Sutiman, sudah sering dilakukan jauh sebelum munculnya pandemi COVID-19.
"Sekarang tergantung dari niat, kita harusnya bersatu untuk memerangi musuh bersama yang dinamakan COVID-19," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020