Menu cemilan brownies banyak disukai berbagai kalangan. Roti dengan tekstur manis cokelat dan lembut selalu menjadi primadona bagi penggemar jajanan.

Brownies kerap dijadikan camilan di kala santai saat akhir pekan, bahkan tak jarang pula dijadikan sebagai hadiah atau oleh-oleh untuk orang yang spesial.

Jika dahulu kue ini terkenal dengan warna cokelat, karena bahan dasarnya dari cokelat sehingga legit dan manis, kini brownies sudah beragam rasanya. Bahkan, topping juga berbagai macam, ada yang keju, cokelat, dan beragam rasa lainnya. 

Di Kediri, kue brownies juga menjadi salah satu produk yang cukup digemari. Banyak pembuat kue laris manis jualan brownies ini, salah satunya brownies "njibrat".

Adalah Agung, yang merintis usaha brownies "njibrat" ini pada awal Februari 2020. 

Ia pun melakukan berbagai macam riset dan mencicipi kue brownies yang dijual dari berbagai produsen, hingga akhirnya ia berhasil menemukan resep yang pas di lidahnya. Ia pun membuat brownies lain daripada yang lain, yang kemudian diberi nama brownies "njibrat".

Brownies "njibrat" ini, kata Agung, dibakar menggunakan arang dan ada lelehan cokelat di dalamnya. Cokelatnya diambilkan cokelat premium dari Belanda. Pembakaran pun menggunakan arang sehingga memberikan aroma khas pada kue ini, jadinya lebih lezat. 

Nama "njibrat" diambil dari bahasa Jawa yang artinya kemana-mana. Ia pun berharap usahanya ini terus berkembang. 

"Harapan kami brownies 'njibrat' juga bisa punya cabang dimana-mana, dipertegas dengan sensasi dari brownies 'njibrat', cokelat yang 'njibrat' di dalamnya," kata Agung di Kediri, Rabu. 

Agung menyebut usahanya kini berkembang pesat. Dalam sehari, omzetnya bisa mencapai Rp4.500.000. Kapasitas produksinya 500 brownies per hari dengan harga jual Rp9.000 per brownies. 

Agung menilai harga kue yang dijualnya juga tidak terlalu mahal. Hal ini sesuai dengan motto usahanya, "Jajanan Sultan Harga Recehan'. Bahkan, Usaha ini pernah dianugerahi Champions UMKM ShopFest'19 dan KK Awards'19. 

Pada masa pandemi COVID-19 ini, Agung mengaku omzet jualannya juga turun hingga 60 persen, namun usahanya tetap jalan. Jualannya kini lebih mengandalkan pesanan daring. 

"Saat pandemi lumayan terganggu. Omzet turun hingga 60 persen, tetapi alhamdulillah masih bisa produksi," kata Agung. 

Kini kapasitas produksi brownies jualannya tinggal 200 hari. Hal ini juga berdampak pada pengurangan karyawan dari semula 12 orang, kini tinggal empat orang.  

Kendati omzet turun, ia juga optimistis bisnisnya akan segera pulih. Ia juga yakini bahwa UMKM lainnya juga akan membaik. (*)

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020