Badan Pusat Statistik Kota Malang mencatat tingkat inflasi di Kota Malang, Jawa Timur, pada Juni 2020 sebesar 0,44 persen, yang didorong adanya kenaikan pada kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau.

Kepala BPS Kota Malang Sunaryo mengatakan bahwa meskipun inflasi yang terjadi di Kota Malang merupakan yang tertinggi di Jawa Timur, namun hal tersebut menunjukkan adanya perputaran ekonomi pada masa pandemi COVID-19.

"Memasuki masa transisi normal baru, ada geliat ekonomi di Kota Malang. Ini ditunjukkan dengan adanya inflasi," kata Sunaryo dalam jumpa pers virtual di Kota Malang, Rabu.

Menurut dia, untuk kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mengalami kenaikan sebesar 1,1 persen, yang diikuti kelompok pengeluaran pakaian, dan alas kaki sebesar 1,04 persen, dan penyedia makanan, minuman, restoran sebesar 0,90 persen.

Selain itu, kenaikan juga terjadi pada kelompok pengeluaran transportasi sebesar 0,89 persen, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,06 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen.

Sementara untuk kelompok pengeluaran pendidikan tidak mengalami perubahan. Selain itu, ada empat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi, yakni kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya deflasi sebesar 0,04 persen.

Kemudian, kelompok pengeluaran perawatan pribadi, dan jasa lainnya turun 0,27 persen, perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga turun 0,33 persen, dan kelompok pengeluaran kesehatan turun 0,91 persen.

Sunaryo menjelaskan, dengan adanya inflasi pada Juni 2020 tersebut merupakan salah satu isyarat bahwa perputaran ekonomi di Kota Malang sudah mulai berjalan. Diharapkan adanya inflasi tersebut bisa mendorong ekonomi Kota Malang yang dinamis.

"Inflasi ini memberikan isyarat bahwa ada geliat ekonomi di Kota Malang. Ekonomi diharapkan bisa berkembang secara dinamis," katanya.

Sunaryo menambahkan beberapa komoditas yang menyumbang inflasi Kota Malang antara lain adalah kenaikan harga daging ayam sebesar 12,81 persen, tiket angkutan udara 6,55 persen, telur ayam ras 7,99 persen, rokok kretek filter 2,38 persen, dan mobil sebesar 0,91 persen.

Sementara untuk komoditas penghambat inflasi diantaranya adalah penurunan harga bawang putih sebesar 15,77 persen, emas perhiasan 2,22 persen, tarif angkutan daring roda empat 8,86 persen, gula pasir 5,18 persen, dan cabai rawit turun sebesar 16,34 persen.

Di Kota Malang, inflasi kalender tercatat sebesar 0,88 persen, lebih rendah dibanding inflasi kalender Jawa Timur yang sebesar 1,14 persen persen. Secara year on year (YoY), inflasi Kota Malang sebesar 1,31 persen, lebih rendah dari Jawa Timur yang sebesar 2,04 persen.

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020