Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas meminta masukan para ulama dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama untuk perumusan protokol bidang keagamaan serta pelaksanaan sejumlah tradisi keagamaan, seperti tahlilan, untuk menyambut era normal baru (new normal).

Sebelumnya, Bupati Anas juga berdiskusi dan meminta masukan tenaga medis dan tenaga kesehatan guna mematangkan skema normal baru.

"Saya sudah minta masukan para insan kesehatan. Juga kali ini minta masukan dan arahan ulama NU, terus berlanjut ke tokoh Muhammadiyah dan LDII, lalu sahabat tokoh agama Hindu, Kristen, Katolik, dan Konghucu. Era normal baru yang pertama perlu dirumuskan adalah aktivitas keagamaan, kemudian pelayanan publik dan aktivitas ekonomi," katanya di Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis.

Azwar Anas mengatakan bahwa dari hasil masukan para tokoh serta insan kesehatan, nantinya disusun panduan untuk berbagai macam protokol, mulai protokol rumah ibadah, kantor pelayanan publik, tempat pendidikan, ruang terbuka hijau, restoran, destinasi wisata dan sebagainya.

"Perlu kami tekankan, normal baru bukan berarti kita kembali seperti era sebelum COVID-19. Era normal baru adalah aktivitas yang dilandasi kesehatan dan kebersihan sebagai standar utama. Ini belum akan diterapkan, masih dikaji," ucapnya.

Sejumlah protokol yang dibahas, lanjut dia, seperti wajib bermasker, anak kecil dan orang sakit dilarang mengikuti acara keagamaan untuk sementara waktu, dan hanya sekian kapasitas rumah ibadah yang boleh dipergunakan.

Kemudian, jika tahlilan tempat duduknya berjarak, tersedia cairan pembersih tangan, dan sarana sanitasi.

"Tentu kita pahami tidak semua warga, misalnya, bisa sediakan hand sanitizer, maka perlu saling bantu. Tadi juga dibahas, saat tahlilan, yang biasanya mengundang katakanlah 40 orang selama tujuh hari, untuk sementara waktu cukup 10 orang saja hari pertama, 10 orang lainnya hari kedua dan seterusnya," paparnya.

Bupati Anas mengatakan siap berkolaborasi untuk tata laksana kesehatan lingkungan pondok pesantren dan memberikan pendampingan.

"Puskesmas terdekat bisa melakukan pendampingan bagi para kiai. Mulai dari pelaksanaan aktivitas belajar, termasuk juga untuk cara tahlilan yang aman di kalangan warga," katanya.

Sementara itu, Ketua PCNU Banyuwangi KH Ali Makki Zaini mengusulkan era normal baru untuk disimulasikan sesegera mungkin dan PCNU juga menyerahkan sejumlah rekomendasi tentang pelaksanaan pendidikan di madrasah dan pesantren.

Bahkan, PCNU siap membikin percontohan di empat majelis wilayah cabang (MWC), yaitu struktur NU di tingkat kecamatan.

"Sebagai percontohan, kami tunjuk empat MWC untuk penerapan era normal baru tahlilan, yaitu MWC Purwoharjo, Cluring, Kabat, Glagah. Serta satu pesantren untuk uji coba normal baru, yaitu Ponpes Manbaul Falah, Kecamatan Singojuruh," kata Gus Makki (sapaan akrabnya).

Ia menegaskan bahwa NU siap menyosialisasikan normal baru kepada jamaah. "Nahdliyin harus menjadi contoh untuk selalu taat protokol kesehatan demi kemaslahatan umat," kata Gus Makki.

Ia pun mengakui, pesantren menjadi pekerjaan rumah bagi NU, dan santri sudah terlalu lama libur.  "Kami ingin santri bisa segera belajar, apalagi mereka dalam waktu dekat mulai masuk. Jadi,  kami harus benar-benar memastikan protokol COVID-19 di kalangan santri," tuturnya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020