Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surya Sembada meminimalkan dampak jebolnya pipa utama akibat terkena tiang pancang proyek pembangunan kampus II Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Uinsa) di daerah Gunung Anyar, Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (17/5).

Dirut PDAM Surya Sembada Kota Surabaya Mujiman, di Surabaya, Senin, mengatakan, pihaknya sampai saat ini terus berupaya meminimalkan dampak jebolnya pipa itu kepada masyarakat, meski harus kehilangan sekitar 30 persen air karena kebocoran.

"Yang terpenting dampak kepada masyarakat kita diminimalkan dulu. Dengan risiko kehilangan air yang cukup besar tidak apa-apa," katanya.

Menurutnya, pipa yang jebol berdiameter 1.000 milimeter itu mampu mengalirkan 1 liter air per detik kepada 80 pelanggan. Sedangkan air yang terbuang saat ini sekitar 300 liter per detik, sementara lainnya masih tetap berjalan.

"Jadi sekitar 30 ribuan pelanggan saat ini yang terganggu. Sedangkan yang paling terdampak wilayah Gunung Anyar," katanya.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya telah menyiapkan suplai air bersih dari stasiun pengisian tangki di Ngagel Surabaya. Beberapa tangki pengangkut air bersih juga siap mensuplai langsung ke rumah-rumah warga terdampak.

Untuk saat ini, Mujiaman mengaku pihaknya sedang menyiapkan jalur atau tempat pembuangan air dengan melakukan proses penggalian tanah. Ia memperkirakan penggalian serta perbaikan pipa membutuhkan waktu sekitar 48 jam.

Meski demikian, ia memastikan bahwa saat ini suplai air bersih melalui pipa tersebut belum sepenuhnya dimatikan, meski sebagian terbuang karena kebocoran.

"Saat ini suplai air bersih melalui pipa tersebut belum sepenuhnya dimatikan, meski sebagian terbuang karena kebocoran. Sampai semua siap baru kita mematikannya," katanya.

Mujiaman mengatakan kasus jebolnya pipa PDAM kali ini mirip dengan kejadian beberapa waktu lalu di Purimas Gunung Anyar Surabaya. Lokasinya juga berada sekitar 500 meter dari kebocoran pipa saat itu.

"Persis kasus semula, tapi orangnya lain. Kami sudah memberikan rambu-rambu semuanya, ternyata dia (pelaksana proyek) melanggar jalur yang tidak boleh disentuh," kata Mujiaman.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana (BPB) dan Linmas Kota Surabaya Eddy Christijanto menambahkan selama proses penggalian ini tidak ada penyetopan air dari PDAM sehingga air tetap mengalir ke jaringan-jaringan permukiman warga.

"Insya Allah aliran air tidak terganggu dengan suplai 1.000 milimeter per detik," kata Eddy.

Meski demikian, Eddy menyebut karena terjadi kebocoran pipa, tentunya eskalasi air juga mengalami penurunan dan terbuang sekitar 30 persen, sedangkan sisanya sekitar 70 persen dipastikan masih mengalir ke permukiman warga. Artinya, saat ini suplai air ke rumah-rumah warga masih tetap ada.

"Nanti akan dihentikan ketika titik kebocoran pipa sudah ditemukan dan ketika proses pengelasan, proses eksekusi terhadap kebocoran ini baru nanti akan hentikan. Sehingga suplai air ke warga terganggunya tidak lama," ujarnya.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya memastikan telah menyiapkan langkah antisipasi ketika suplai air bersih di pipa tersebut dimatikan. Ia mengaku telah menyiapkan truk-truk yang dilengkapi profil tank untuk mendistribusikan air bersih langsung ke rumah warga.

"Itu nanti akan kita suplai langsung ke rumah-rumah warga ketika pasokan airnya terhenti. Kita sesuaikan dengan kebutuhan warga, kita harapkan dengan air tetap mengalir saat ini, dampaknya tidak terlalu besar," katanya. (*)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020