Puluhan warga di Desa Pinggirsari, Tulungagung, Jawa Timur, mengalami gangguan persendian hingga kelumpuhan sesaat akibat penyakit chikungunya yang melanda wilayah tersebut.
Kasi Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Bambang Triono, di Tulungagunh, Jumat mengatakan, serangan chikungunya saat ini teridentifikasi di dua titik wilayah.
Pertama dengan kondisi parah terjadi di Desa Pinggirsari, Kecamatan Ngantru, dengan jumlah penderita mencapai 35 orang/jiwa.
Sementara infeksi chikungunya kedua kembali ditemukan di wilayah Kecamatan Boyolangu, sebagaimana laporan warga ke jajaran puskesmas desa.
"Sejauh ini tidak ada sampai jatuh korban jiwa. Penyakit ini pada dasarnya bisa sembuh sendiri dengan pengobatan yang baik dan konsisten," kata Didik Eka.
Kendati belum pernah sampai menyebabkan kematian, Didik mengakui wabah chikungunya ini sangat meresahkan. Pasalnya, area paparan biasanya cukup luas.
Kejadian luar biasa chikungunya pernah terjadi di Tulungagung pada 2016 dengan jumlah penderita mencapai 400 orang lebih.
Warga yang terpapar virus biasanya akan mengalami demam tinggi disertai bentol-bentol atau ruam-ruam pada kaki, berlanjut ke nyeri persendian pada pertengahan pekan pertama infeksi virus.
Butuh waktu sepekan hingga dua pekan untuk proses penyembuhan, dengan pengobatan yang baik dan simtomatik, tutur Didik
Virus chikungunya yang dibawa nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus menyerang segala usia.
Di Desa Pinggirsari, misalnya, dari 35 warga yang positif infeksi chikungunya, 13 merupakan anak usia di bawah 15 tahun dan empat lainnya berusia lanjut.
"Hari ini tadi kami lakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) secara masal bersama seluruh warga desa juga fogging atau pengasapan di beberapa spot sekitar rumah penderita, untuk memutus mata rantai penularan," tutur Didik.
Untuk laporan kasus chikungunya baru di wilayah Boyolangu, Didik mengatakan masih akan melakukan penelurusan atau epidemiologi di lapangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kasi Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Bambang Triono, di Tulungagunh, Jumat mengatakan, serangan chikungunya saat ini teridentifikasi di dua titik wilayah.
Pertama dengan kondisi parah terjadi di Desa Pinggirsari, Kecamatan Ngantru, dengan jumlah penderita mencapai 35 orang/jiwa.
Sementara infeksi chikungunya kedua kembali ditemukan di wilayah Kecamatan Boyolangu, sebagaimana laporan warga ke jajaran puskesmas desa.
"Sejauh ini tidak ada sampai jatuh korban jiwa. Penyakit ini pada dasarnya bisa sembuh sendiri dengan pengobatan yang baik dan konsisten," kata Didik Eka.
Kendati belum pernah sampai menyebabkan kematian, Didik mengakui wabah chikungunya ini sangat meresahkan. Pasalnya, area paparan biasanya cukup luas.
Kejadian luar biasa chikungunya pernah terjadi di Tulungagung pada 2016 dengan jumlah penderita mencapai 400 orang lebih.
Warga yang terpapar virus biasanya akan mengalami demam tinggi disertai bentol-bentol atau ruam-ruam pada kaki, berlanjut ke nyeri persendian pada pertengahan pekan pertama infeksi virus.
Butuh waktu sepekan hingga dua pekan untuk proses penyembuhan, dengan pengobatan yang baik dan simtomatik, tutur Didik
Virus chikungunya yang dibawa nyamuk aedes aegypti atau aedes albopictus menyerang segala usia.
Di Desa Pinggirsari, misalnya, dari 35 warga yang positif infeksi chikungunya, 13 merupakan anak usia di bawah 15 tahun dan empat lainnya berusia lanjut.
"Hari ini tadi kami lakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) secara masal bersama seluruh warga desa juga fogging atau pengasapan di beberapa spot sekitar rumah penderita, untuk memutus mata rantai penularan," tutur Didik.
Untuk laporan kasus chikungunya baru di wilayah Boyolangu, Didik mengatakan masih akan melakukan penelurusan atau epidemiologi di lapangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020