Sejumlah pembudidaya ikan di Tulungagung, Jawa Timur, mengeluhkan susahnya menjual ikan patin akibat pasar yang lesu sejak merebaknya wabah corona (COVID-19).

Seperti diungkapkan pengurus Kelompok Tani Ikan Mina Makmur Desa Bendiljati Wetan, Kecamatan Sumbergempol, Yoyok Mubarok, Selasa, pangsa pasar ikan patin turun drastis hingga kisaran 70 persen.

Kondisi tersebut sudah berlangsung sejak dua bulanan terakhir, sehingga menyebabkan harga ikan patin tergerus dari sebelummya mencapai rata-rata Rp15.500 per kilogram menjadi sekitar Rp13 ribuan dengan volume satuan yang sama.

"Pasar yang tersisa sekarang sekitar 20-30 persen. Banyak hasil panen ikan patin pembudidaya di sini yang tidak terserap," katanya.

Keluhan serupa diungkapkan Sumaji, pembudidaya ikan patin di daerah yang sama.

Dia mengaku terpaksa menunda panen sebagian kolam budidaya ikan patin miliknya karena pedagang yang cenderung mengurangi volume pembeliannya dari petani/pembudidaya.

"Beruntung sebagian masih bisa kami pasok ke pabrikan," kata Sumaji.
Pekerja memanen ikan patin di salah satu sentra budidaya ikan patin di Bendiljati Wetan, Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (28/4/2020). (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

Menurut dia, harga beli pabrikan pengolah ikan masih sedikit lebih stabil daripada dijual ke pasaran umum.

"Masalahnya tidak semua pembudidaya ada kerja sama dengan pabrikan. Reduksi harganya tidak seekstrem harga pasar yang cenderung fluktuatif," kata Sumaji.

Kondisi inilah yang membuat banyak pembudidaya memilih menahan diri untuk memanen ikan.

Namun, hal itu berisiko pembengkakan modal. Sebab, seperti dituturkan Yoyok, menunda panen berarti biaya pakan akan membengkak.

Pembudidaya atau petani ikan pating yang tidak betah akhirnya memilih menjual berapapun harga bisa terjual. Istilah dalam dunia petani ikan, banting harga.

“Yang bisa kami lakukan pada akhirnya hanya mengulur waktu saja sampai ada pasar yang buka,” ucap Yoyok, saat ditemui di kolam ikannya.

Namun agar tidak terlalu merugi, dan ukuran ikannya tidak terus membesar, Yoyok hanya memberikan porsi makan satu per lima dari biasanya.

Yoyok, Sumaji dan pembudidaya ikan patin lain kini hanya bisa berharap wabah corona cepat berlalu dan harga-harga ikan kembali stabil.

Produk patin Tulungagung selama ini paling banyak untuk pasar Jakarta, Surabaya dan Malang.

Di tingkat lokal sebenarnya ada perusahaan pengolahan, dengan produk daging filet yang dibekukan.

Akan tetapi kapasitas "cold storage" atau sarana penyimpanan berpendingin mereka masih sangat terbatas.

Dikonfirmasi terpisah, Plt Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Tulungagung, Tatang Suhartono mengungkapkan, total produk ikan budidaya pada kurin April-Juni 2020 sekitar 3.200 ton.

Jumlah itu antara lain 1.200 ton komoditas ikan patin, 980 ton ikan gurami dan sisanya ikan jenis lain seperti lele serta nila.

Produk primadona selama ini adalah ikan patin, disusul gurami dan lele.

“Khusus untuk lele tidak begitu terpengaruh, karena pasar lokal dan sekitar masih bisa menerima. Tapi patin dan gurami yang sangat terpukul," kata Tatang.  

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020