Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mencatat selama periode Januari hingga pertengahan Maret 2020 sebanyak 39 orang terjangkit demam berdarah dengue (DBD), dengan dua penderita di antaranya dilaporkan meninggal dunia.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Wiji Lestariono kepada wartawan di Banyuwangi, Kamis, mengingatkan warga Banyuwangi mewaspadai penyakit demam berdarah saat ini, karena penyebarannya melalui gigitan nyamuk aedes aegypti sangat cepat.
"Yang harus kita perhatikan secara nasional kasusnya meningkat tajam. Kematian akibat DBD juga meningkat (secara nasional). Sekarang yang meninggal akibat DBD di Banyuwangi sudah dua orang," kata Wiji Lestariono.
Menurut ia, jumlah penderita DBD tahun ini masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019, di mana selama Januari hingga maret 2019 jumlah penderita DBD mencapai 71 orang.
Sebagai langkah pencegahan, petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi juga telah menyosialisasikan pemberantasan sarang nyamuk.
"Sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk ini kami lakukan secara serentak di seluruh kecamatan. Saya harapkan dengan pemberantasan sarang nyamuk bisa menghambat penyebaran DBD," tuturnya.
Wiji mengatakan bahwa seluruh kecamatan di Banyuwangi masuk daerah rawan atau endemis penyakit demam berdarah.
"Kita (di Banyuwangi) masih endemis untuk kasus demam berdarah, karena setiap tahun masih terus ditemukan hampir di seluruh kecamatan," ucapnya.
Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Banyuwangi Sudarto menambahkan, untuk menekan angka penderita DBD, pihaknya telah menerjunkan kader juru pemantau jentik nyamuk atau (Jumantik) di setiap puskesmas.
"Mereka kami tugaskan untuk memantau jentik nyamuk di setiap lingkungan dan rumah warga. Kami berharap masyarakat bisa menerapkan pola hidup bersih di musim hujan sekarang ini, karena penyebaran DBD cukup masif," ujar Sudarto.
Ia menambahkan, pemberantasan sarang nyamuk lebih efektif bila dibandingkan dengan melakukan pengasapan, sebab pengasapan hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik belum tentu bisa dibasmi dengan fogging.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Wiji Lestariono kepada wartawan di Banyuwangi, Kamis, mengingatkan warga Banyuwangi mewaspadai penyakit demam berdarah saat ini, karena penyebarannya melalui gigitan nyamuk aedes aegypti sangat cepat.
"Yang harus kita perhatikan secara nasional kasusnya meningkat tajam. Kematian akibat DBD juga meningkat (secara nasional). Sekarang yang meninggal akibat DBD di Banyuwangi sudah dua orang," kata Wiji Lestariono.
Menurut ia, jumlah penderita DBD tahun ini masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019, di mana selama Januari hingga maret 2019 jumlah penderita DBD mencapai 71 orang.
Sebagai langkah pencegahan, petugas Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi juga telah menyosialisasikan pemberantasan sarang nyamuk.
"Sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk ini kami lakukan secara serentak di seluruh kecamatan. Saya harapkan dengan pemberantasan sarang nyamuk bisa menghambat penyebaran DBD," tuturnya.
Wiji mengatakan bahwa seluruh kecamatan di Banyuwangi masuk daerah rawan atau endemis penyakit demam berdarah.
"Kita (di Banyuwangi) masih endemis untuk kasus demam berdarah, karena setiap tahun masih terus ditemukan hampir di seluruh kecamatan," ucapnya.
Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Menular Dinkes Banyuwangi Sudarto menambahkan, untuk menekan angka penderita DBD, pihaknya telah menerjunkan kader juru pemantau jentik nyamuk atau (Jumantik) di setiap puskesmas.
"Mereka kami tugaskan untuk memantau jentik nyamuk di setiap lingkungan dan rumah warga. Kami berharap masyarakat bisa menerapkan pola hidup bersih di musim hujan sekarang ini, karena penyebaran DBD cukup masif," ujar Sudarto.
Ia menambahkan, pemberantasan sarang nyamuk lebih efektif bila dibandingkan dengan melakukan pengasapan, sebab pengasapan hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik belum tentu bisa dibasmi dengan fogging.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020