Rektor Institut Teknologi dan Bisnis Asia, Malang, Risa Santoso beserta dosen dan karyawannya berkunjung ke Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat, unuk belajar tentang inovasi yang selama ini telah dilakukan oleh Banyuwangi.

Risa Santoso mengaku termotivasi datang ke Banyuwangi, setelah bertemu dengan Bupati Abdullah Azwar Anas pada saat peluncuran buku "Mobilisasi dan Orkestrasi" oleh Prof Rhenald Kasali. di mana buku itu Banyuwangi diulas sebagai salah satu daerah yang berhasil melakukan strategi orkestrasi.

"Yang kedua satu panel diskusi di Surabaya, dari situ saya merasa harus membawa dosen dan staf kampus ke Banyuwangi untuk belajar melakukan inovasi. Karena itu, hari ini saya bawa dosen dan seluruh staf, supaya tahu seperti apa Banyuwangi dan bisa belajar bikin inovasi yang hebat," kata Risa yang saat ini disebut sebagai rektor termuda di Indonesia itu.

Menurut Risa, banyak hal yang bisa diserap dari Banyuwangi dan tidak hanya program yang inovatif, namun bangunan publik seperti pendopo kabupaten yang dibuat sangat asri dan unik, bahkan juga dimanfaatkan sebagai ruang rapat out door.

"Ini cocok dengan apa yang kami cari. Kami jadi terinspirasi dengan apa yang dilakukan Pak Anas dan tim. Mendengar apa yang disampaikan Pak Anas, kami pun langsung tersemangati untuk berinovasi di kampus," kata Risa.

Sementara itu, Bupati Abdullah Azwar Anas mengemukakan bahwa inovasi yang dikembangkan Banyuwangi sebenarnya berangkat dari keterbatasan yang ada.

"Sumber daya kami ini terbatas, dengan luasannya yang menyamai tujuh kabupaten, APBD kami dulu sekitar Rp2 triliun, belum lagi masalah kemiskinan yang harus kami selesaikan. Tidak ada orang yang melirik Banyuwangi untuk dijadikan destinasi. Akhirnya mau tidak mau kami harus membuat suatu terobosan, yang akhirnya disebut inovasi," kata Anas.

Salah satu caranya, lanjut dia, dengan menjadikan pariwisata sebagai payung pembangunan di Banyuwangi, dan pariwisata yang dipilih pun adalah ekoturisme, karena Banyuwangi sendiri telah diberkahi kekayaan alam yang lengkap, meliputi hutan, gunung dan pantai.

"Tidak mulus memang, namun kami harus yakin dan berupaya menemukan masalah dari problem yang kami miliki. Masalah kami petakan hingga ketemu solusinya. Dari proses semacam ini, maka lahirlah beragam inovasi," ujarnya.

Selain itu, Anas menambahkan, pemerintah daerah setempat telah menjadikan teknologi informasi dan komunikasi sebagai alat percepatan pembangunan.

"Teknologi ini untuk menjembatani disparitas antara desa dan kota. Kami juga membuat program Smart Kampung, program layanan publik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Di mana terdapat tujuh kriteria yang wajib dipenuhi desa untuk menjadi desa yang maju," katanya.

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020