Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur berkomitmen untuk mengurangi pencemaran sampah plastik di lautan dengan menyiapkan lahan seluas dua hektare untuk pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Reuse-Reduce-Recycle (TPST3R) Project STOP.
Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf di Pasuruhan, Kamis, mengatakan program itu dapat membantu menciptakan pengelolaan sampah mandiri yang ekonomis sehingga dapat diterapkan di seluruh daerah.
"Program ini tidak hanya menyediakan lapangan kerja baru, tapi juga meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengatasi masalah lingkungan yang disebabkan oleh pengelolaan sampah plastik yang tidak tepat," katanya.
Ia mengatakan hal itu di sela penandatanganan Project STOP Pemkab Pasuruan dengan Borealis dan SYSTEMIQ serta Nestle di Pendopo Kabupaten Pasuruan.
Melalui keterangan persnya, ia mengatakan fasilitas tersebut akan mengelola pengumpulan dan pemilihan sampah serta proses daur ulang di Kecamatan Lekok dan Nguling untuk pertama kalinya.
"Kami sangat senang dan termotivasi untuk bekerja sama dengan Nestle dan Project STOP dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang holistik," ujarnya.
Hal ini, kata dia, salah satu upaya pengembangan yang penting dalam membantu Indonesia mencapai target pengurangan sampah di lautan hingga 70 persen pada 2025.
"Saya berharap program ini dapat membantu kami menciptakan pengelolaan sampah mandiri yang ekonomis sehingga dapat diterapkan di seluruh daerah," katanya
CEO Borealis, Alfred Stern, mengatakan perluasan kerja sama Project STOP ke lebih banyak kota merupakan langkah penting untuk memperbaiki sirkularitas plastik, khususnya di daerah yang memiliki tingkat kebocoran sampah yang tinggi.
"Sebagai mitra industri dan perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial, kami menghargai komitmen dari Nestle dan seluruh mitra kami, terutama Pemerintah Kabupaten Pasuruan yang telah bersedia untuk bekerja sama dalam mencegah sampah plastik masuk ke lautan. Perubahan itu mungkin," katanya.
Berdasarkan data, saat ini hanya sembilan persen warga Pasuruan yang memiliki akses terhadap layanan pengelolaan sampah dan hanya satu persen dari jumlah sampah tersebut dikelola secara bijak. Warga lainnya tidak memiliki pilihan, selain membuang sampah di lingkungan sekitar mereka.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf di Pasuruhan, Kamis, mengatakan program itu dapat membantu menciptakan pengelolaan sampah mandiri yang ekonomis sehingga dapat diterapkan di seluruh daerah.
"Program ini tidak hanya menyediakan lapangan kerja baru, tapi juga meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengatasi masalah lingkungan yang disebabkan oleh pengelolaan sampah plastik yang tidak tepat," katanya.
Ia mengatakan hal itu di sela penandatanganan Project STOP Pemkab Pasuruan dengan Borealis dan SYSTEMIQ serta Nestle di Pendopo Kabupaten Pasuruan.
Melalui keterangan persnya, ia mengatakan fasilitas tersebut akan mengelola pengumpulan dan pemilihan sampah serta proses daur ulang di Kecamatan Lekok dan Nguling untuk pertama kalinya.
"Kami sangat senang dan termotivasi untuk bekerja sama dengan Nestle dan Project STOP dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah yang holistik," ujarnya.
Hal ini, kata dia, salah satu upaya pengembangan yang penting dalam membantu Indonesia mencapai target pengurangan sampah di lautan hingga 70 persen pada 2025.
"Saya berharap program ini dapat membantu kami menciptakan pengelolaan sampah mandiri yang ekonomis sehingga dapat diterapkan di seluruh daerah," katanya
CEO Borealis, Alfred Stern, mengatakan perluasan kerja sama Project STOP ke lebih banyak kota merupakan langkah penting untuk memperbaiki sirkularitas plastik, khususnya di daerah yang memiliki tingkat kebocoran sampah yang tinggi.
"Sebagai mitra industri dan perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial, kami menghargai komitmen dari Nestle dan seluruh mitra kami, terutama Pemerintah Kabupaten Pasuruan yang telah bersedia untuk bekerja sama dalam mencegah sampah plastik masuk ke lautan. Perubahan itu mungkin," katanya.
Berdasarkan data, saat ini hanya sembilan persen warga Pasuruan yang memiliki akses terhadap layanan pengelolaan sampah dan hanya satu persen dari jumlah sampah tersebut dikelola secara bijak. Warga lainnya tidak memiliki pilihan, selain membuang sampah di lingkungan sekitar mereka.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020