Mahasiswa jurusan arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya Adiyat Priyat Dofir mendesain SMK inklusif bidang pariwisata untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di Kota Surabaya.

Adiyat ditemui di kampus setempat, Selasa mengatakan, latar belakang dirinya mendesain SMK tersebut karena kurangnya sekolah yang menerima ABK selepas mereka lulus dari SMP.

"Istri saya pendamping ABK, jadi saya paham perjuangannya mendampingi ABK di SMP untuk bisa melanjutkan sekolah sangat sulit. Selain banyak syaratnya, hanya ada empat SMA dari 23 SMA negeri dan tiga SMK dari 10 SMK negeri yang menerima ABK," ujar Adiyat. 

Dengan kebutuhan pendidikan vokasi sebagai bekal ketrampilan ABK, menurutnya SMK bidang pariwisata sangat ideal untuk ABK.  

SMK inklusif yang dirancang Adiyat ini harus bisa memberikan kemudahan aksebilitas dalam ruang atraktif. Setidaknya ada empat program keahlian yang diberikan ruang praktik terpisah di empat gedung.

"Di SMK inklusif butuh 1,5 kali lipat luasan dibandingkan yang reguler. Karena anak ABK biasanya butuh alat bantu dalam pembelajarannya makanya butuh lahan sekitar 2,9 hektare," ujar alumnus SMA IPIEMS ini.

Dikatakan Adiyat, sekolah untuk ABK ini membutuhkan lahan yang lebih luas karena didesain khusus untuk memudahkan ABK beraktivitas. 

Seperti penataan ruang kelas yang berdekatan dengan ruang praktik. Sehingga mobilitas ABK menjadi lebih mudah. 

"Makanya satu gedung dipusatkan untuk satu jurusan, jadi tidak perlu jauh-jauh untuk praktik setelah belajar materi," ucapnya. 

Selain merancang sekolah, Adiyat juga telah mencari lahan yang ideal untuk dijadikan SMK inklusif, yaitu di area Rungkut yang masih memiliki lahan kosong cukup luas. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020