Seorang pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Malang, Jawa Timur, berinisial ZA berusia 17 tahun yang membunuh seorang begal atau pelaku perampasan divonis hukuman pidana pembinaan dalam lembaga selama satu tahun.
Dalam sidang putusan kasus pelajar membunuh begal yang berlangsung di Ruang Tirta Anak tersebut, Hakim tunggal Pengadilan Negeri Kabupaten Malang Nuny Defiary menyatakan bahwa ZA terbukti melakukan penganiayaan yang menyebabkan kematian.
"Menyatakan bahwa ZA terbukti secara sah melakukan tindak pidana penganiayaan yang menyebabkan mati," kata Nuny, dalam sidang pembacaan tuntutan kasus pelajar membunuh begal di PN Kabupaten Malang, Kamis.
Baca juga: Pelajar bunuh begal dituntut hukuman pembinaan dalam lembaga selama satu tahun
Hakim menyatakan bahwa ZA terbukti melanggar Pasal 351 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang perkelahian yang menyebabkan kematian. Sehingga, Hakim memutuskan untuk menjatuhkan hukuman pidana pembinaan dalam lembaga selama satu tahun di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Darul Aitam, di Wajak, Kabupaten Malang.
"Menjatuhkan pidana kepada anak dengan pidana pembinaan dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) selama satu tahun," ujar Nuny.
Baca juga: Sidang pelajar bunuh begal, kuasa hukum berharap ZA dilepaskan dari segala tuntutan
Nuny menambahkan, selama menjalani pidana pembinaan dalam lembaga selama satu tahun tersebut, ZA juga akan diberikan pendampingan dan pembimbingan.
"Sang anak diberikan pendampingan dan pembimbingan," ucap Nuny.
Baca juga: Saksi ahli: Pasal dakwaan kasus pelajar bunuh begal tidak sesuai
Dalam proses persidangan, Jaksa Penuntut Umum Anak mendakwa ZA yang berusia 17 tahun dengan Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pembunuhan berencana, dan subsider Pasal 338 tentang pembunuhan.
Selain itu, juga subsider Pasal 351 ayat 3 tentang penganiayaan yang menyebabkan kematian, serta Undang-Undang Darurat tentang membawa senjata tajam. Namun, dalam pembuktiannya ZA terbukti melanggar Pasal 351 ayat 3 KUHP, sementara pasal lain yang disangkakan jaksa tidak terbukti.
Baca juga: Kejaksaan Malang bantah dakwa seumur hidup pelajar pembunuh begal
Kasus yang menjerat ZA tersebut bermula dari adanya penemuan mayat di kebun tebu di Desa Gondanglegi Kulon, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang pada 9 September 2019.
Korban yang ditemukan warga tidak bernyawa tersebut, bernama Misnan berusia 35 tahun. Namun, korban pembunuhan tersebut diduga merupakan pelaku perampasan atau begal yang beroperasi di wilayah Kabupaten Malang.
Pada malam kejadian itu, ZA yang sedang bersama temannya berinisal VN, dihadang oleh dua orang yang tidak dikenal yakni Misnan dan Ali Wava. Dua pelaku perampasan tersebut sempat merampas sepeda motor dan telepon seluler ZA dan kekasihnya.
Selain mencoba merampas sepeda motor dan telepon seluler tersebut, dua orang begal itu juga mengancam akan memperkosa kekasih ZA. Namun, ZA melakukan perlawanan dan menusukkan pisau yang diambil dari jok motor ZA ke salah satu begal.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020