Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Surabaya, Gu Jingqi,  Rabu (18/12) malam,  mengundang sebanyak 99 orang dari berbagai latar belakang yang telah mengikuti seminar dengan berbagai tema selama tahun 2019 di  "Negeri Tirai Bambu".

"Tema program seminar meliputi ekonomi, manajemen, perdagangan, pertanian, kehutanan, peternakan, dokumen bea cukai, pariwisata, konservasi alam, pendidikan kejuruan, pendidikan prasekolah, bahasa mandarin dan juga pengobatan tradisional Tiongkok," katanya di sela  ramah tamah program seminar Tiongkok 2019 di Surabaya. 

Peserta yang diundang dalam seminar selama tahun 2019 juga bermacam-macam di antaranya dari unsur pemerintahan, pendidikan, media dan juga dari sekolah kejuruan. "Kami berharap dengan adanya pengalaman selama menjadi peserta kegiatan di Tiongkok dapat menggunakan apa yang telah anda pelajari untuk membangun Indonesia serta membagikan segala apa yang anda lihat dan dengar sehingga bisa meningkatkan hubungan persahabatan antara Indonesia dengan Tiongkok," katanya.

Ia menjelaskan, saat ini Tiongkok dengan Indonesia sedang memperdalam sinergi strategi pembangunan seperti mempercepat kemajuan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. "Selain itu, volume peradangan antara Tiongkok dengan Indonesia mencapai 77,4 miliar US Dolar," katanya.

Dalam beberapa tahun ini , menurut dia, jumlah kunjungan wisatawan asal Tiongkok ke Indonesia melebihi 2 juta kunjungan,  dan  pertumbuhan ekspor Indonesia ke Tiongkok selalu lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan perdagangan kedua negara. "Pada paruh pertama tahun ini, investasi langsung Tiongkok di Indonesia mencapai 2,29 miliar US Dolar, atau mendekati jumlah selama setahun lalu," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bea dan Cukai Jatim I, M Purwantoro yang hadir dalam kegiatan itu menyambut baik upaya yang dilakukan oleh kedua negara ini. "Salah satunya pada perdagangan produk kayu dan juga nonkayu yang harus ditingkatkan, terutama dari segi pengawasan di bea cukai," katanya.

Ia melihat, perdagangan bebas itu jangan sampai meyebabkan kerugian salah satu negara, atau bahkan menghancurkan salah satu negara tujuan. "Oleh karena itu, dibutuhkan peran serta dari kedua belah pihak, supaya saling menguntungkan dan juga bisa menyejahterakan rakyatnya," katanya. (*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019