Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melakukan peletakan batu pertama pembangunan Museum Hak Asasi Manusia (HAM) Munir, di Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur, Minggu.

Khofifah mengatakan bahwa pembangunan Museum HAM Munir tersebut berada di atas tanah aset milik Pemerintah Kota Batu, dengan pendanaan berasal dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.

"Untuk biaya sudah diajukan sebesar Rp5 miliar, jadi yang sudah dianggarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2020 sebesar Rp5 miliar tersebut," katanya.

Namun, lanjut Khofifah, dalam perkembangan pembahasan Museum HAM Munir tersebut, dalam upaya untuk optimalisasi biaya yang dibutuhkan untuk membangun museum tersebut naik menjadi Rp10 miliar.

Ia menambahkan, kekurangan tersebut nantinya akan dilakukan pembahasan lebih lanjut dan dianggarkan pada tahun berikutnya. Optimalisasi Museum HAM Munir tersebut, salah satunya juga untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Kota Batu.

"Ternyata ada pengembangan peruntukan sampai Rp10 miliar, untuk maksimalisasi ruang dan lainnya. Nanti akan kita bahas kekurangannya," ujarnya.

Nantinya, Museum HAM Munir tersebut akan dikelola oleh Yayasan Omah Munir, sementara biaya perawatan akan bersumber dari Pemerintah Kota Batu.

Ia mengharapkan, Museum HAM Munir tersebut bisa memperkuat destinasi wisata di Kota Batu.

"Dari awal saya berharap ini akan menjadi destinasi wisata, supaya orang juga mendapatkan pencerahan secara kualitatif saat pergi ke Kota Batu," katanya.

Rancangan Museum HAM Munir tersebut mengambil konsep Omah Pepeling, yang memiliki visi untuk mengingatkan atas dua hal, yakni, bahwa pelanggaran terhadap HAM masih dan bisa terjadi kapanpun dan kepada siapa saja.

Namun, perjuangan menegakkan HAM masih dan bisa dilakukan oleh orang-orang yang peduli terhadap kemanusiaan. Desain museum tersebut, dirancang oleh Achmad Tardiyana, yang merupakan pemenang sayembara desain arsitektur Museum HAM Munir.

Secara arsitektural, rancangan museum tersebut memiliki kesederhanaan dan kelugasan geometris, namun dengan perlakuan permukaan dan dan material yang mengkontraskan kesan berat gelap dan kesan ringan terang.

Kesan berat gelap ditampilkan pada bagian bawah bangunan yang menampung galeri pelanggaran HAM. Sementara kesan ringan terang ditampilkan pada bagian bangunan yang menampung ruang kontemplasi bagi perjuangan penegakan HAM.

Tampilan kesan ringan terang pada bagian bangunan tersebut, diharapkan bisa mengajak pengguna museum untuk tetap mengingat para pejuang HAM, dan sekaligus juga tetap memiliki harapan-harapan baik dalam usaha penegakan HAM.

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019