Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) mengajak generasi muda untuk peduli lingkungan dan sejarah saat peringatan Hari Menanam Pohon Nasional di kampus setempat, Rabu.
Pada kesempatan itu, sivitas UWKS secara simbolis menamam berbagai macam pohon seperti pohon mindi yang juga dikenal sebagai pohon Soekarno, pohon setigi, pucuk merah, damar hingga pohon sapu tangan.
"Dengan simbolis menanam pohon Soekarno, maka pihak kampus telah melestarikan tanaman-tanaman khas Indonesia yang jumlahnya semakin menurun," kata Ketua Yayasan Wijaya Kusuma Surabaya, Soedjatmiko.
Dengan penanaman pohon-pohon tersebut, pihaknya berharap dapat mengedukasi milenial betapa kaya dan beragamnya macam-macam flora yang ada di Indonesia.
"Tak hanya menanam pohon, mahasiswa perlu tahu asal usul sebutan pohon-pohon langka yang ditanam di kampus ini. Hal ini juga wujud kepedulian dalam melestarikan tanaman Indonesia selain aspek kesehatan lingkungan," ujarnya.
Dia berpesan agar mahasiswa memanfaatkan lahan sesempit apapun untuk ditanami pohon. Apalagi saat ini kualitas udara yang dihirup semakin menurun dengan meningkatnya polusi.
"Kegiatan peduli lingkungan dengan mengajak para milenial juga menginspirasi UWKS untuk menjadi Eco Campus yang lebih peduli terhadap lingkungan," ujarnya.
Gerakan Eco Campus dikatakannya telah dilakukan dengan mengajak para mahasiswa dan akademisi untuk melakukan hemat energi demi kesinambungan lingkungan.
Sebelumnya, UWKS telah melakukan penghijauan di sekitar kampus dengan menanam pohon sebanyak 200 macam yang tersebar di kampus A, kampus B, di Wisma Pilar Jene (Mojokerto) dan di Wisma Kamboja.
Niken Ayu mahasiswa semester satu Fakultas Ekonomi dan bisnis mengungkapkan dirinya baru pertama kali melihat pohon Soekarno. Sehingga rasa penasarannya sudah terpuaskan dengan melihat pohon Soekarno di halaman kampus.
"Di rumah saja jarang nanam bubga, sempat kaget waktu disuruh nanam pohon di kampus. Tapi ternyata asyik juga," katanya.
Menurutnya dengan kegiatan kampus menanam pohon mampu memberikan kesan kampus yang hijau meskipun kampus didominasi gedung kuliah yang tinggi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Pada kesempatan itu, sivitas UWKS secara simbolis menamam berbagai macam pohon seperti pohon mindi yang juga dikenal sebagai pohon Soekarno, pohon setigi, pucuk merah, damar hingga pohon sapu tangan.
"Dengan simbolis menanam pohon Soekarno, maka pihak kampus telah melestarikan tanaman-tanaman khas Indonesia yang jumlahnya semakin menurun," kata Ketua Yayasan Wijaya Kusuma Surabaya, Soedjatmiko.
Dengan penanaman pohon-pohon tersebut, pihaknya berharap dapat mengedukasi milenial betapa kaya dan beragamnya macam-macam flora yang ada di Indonesia.
"Tak hanya menanam pohon, mahasiswa perlu tahu asal usul sebutan pohon-pohon langka yang ditanam di kampus ini. Hal ini juga wujud kepedulian dalam melestarikan tanaman Indonesia selain aspek kesehatan lingkungan," ujarnya.
Dia berpesan agar mahasiswa memanfaatkan lahan sesempit apapun untuk ditanami pohon. Apalagi saat ini kualitas udara yang dihirup semakin menurun dengan meningkatnya polusi.
"Kegiatan peduli lingkungan dengan mengajak para milenial juga menginspirasi UWKS untuk menjadi Eco Campus yang lebih peduli terhadap lingkungan," ujarnya.
Gerakan Eco Campus dikatakannya telah dilakukan dengan mengajak para mahasiswa dan akademisi untuk melakukan hemat energi demi kesinambungan lingkungan.
Sebelumnya, UWKS telah melakukan penghijauan di sekitar kampus dengan menanam pohon sebanyak 200 macam yang tersebar di kampus A, kampus B, di Wisma Pilar Jene (Mojokerto) dan di Wisma Kamboja.
Niken Ayu mahasiswa semester satu Fakultas Ekonomi dan bisnis mengungkapkan dirinya baru pertama kali melihat pohon Soekarno. Sehingga rasa penasarannya sudah terpuaskan dengan melihat pohon Soekarno di halaman kampus.
"Di rumah saja jarang nanam bubga, sempat kaget waktu disuruh nanam pohon di kampus. Tapi ternyata asyik juga," katanya.
Menurutnya dengan kegiatan kampus menanam pohon mampu memberikan kesan kampus yang hijau meskipun kampus didominasi gedung kuliah yang tinggi.
Editor : Slamet Hadi Purnomo
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019