Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Pamekasan, Jawa Timur, menggelar pentas seni budaya untuk kegiatan sosialisasi dalam mendorong partisipasi aktif masyarakat ikut melakukan pengawasan pelaksanaan pemilihan umum (pemilu).
Menurut Ketua Bawaslu Pamekasan Abdullah Saidi, langkah itu dilakukan karena jumlah petugas pengawas pemilu terbatas, sehingga peran aktif masyarakat dalam ikut melakukan pengawasan sangat dibutuhkan.
"Seni budaya ini menjadi media kami dalam mengampanyekan peran aktif masyarakat agar ikut melakukan pengawasan, karena menurut hemat kami lebih efektif," kata Saidi di Pamekasan, Sabtu.
Menurut Saidi, pelaksanaan pemilu yang ideal, apabila pengawasan sangat ketat, sehingga bisa menekan terjadinya pelanggaran dalam berbagai tahapan pelaksanaan pemilu.
"Pemilu di Kabupaten Pamekasan ini memang masih lama, akan tetapi kampanye untuk terus meningkatkan peran masyarakat harus dimulai saat ini," kata Saidi.
Sebelumnya di acara "Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Berbasis Budaya" yang digelar Bawaslu Pamekasan di area Monumen Arek Lancor, Pamekasan, Jumat (15/11) malam, Ketua Bawaslu Pamekasan Abdullah Saidi menjelaskan, ke depan, pendekatan yang akan dilakukan Bawaslu menggandeng para pegiat seni budaya dari kelompok seniman dan budayawan Pamekasan.
Dalam acara itu Bawaslu Pamekasan juga menampilkan sejumlah kesenian lokal Pamekasan yang menjadi mitra Bawaslu dalam upaya meningkatkan pengawasan partisipatif.
Kelompok seni yang ditampilkan antara lain hadrah, tari tradisional Madura, pencak silat, musik daul, dan peragaan busana batik tulis Pamekasan. Bawaslu juga menggandeng pemeran artis media sosial Youtube, yakni Maliyeh dan Maddelih.
Ketua Bawaslu Jatim Moh Amin menyatakan, upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam ikut melakukan pengawasan pemilu melalui seni budaya itu, akan terus dilakukan karena beberapa pertimbangan.
Selain karena kegiatan seni budaya bisa menarik minat banyak orang untuk berkumpul di satu titik tertentu yang telah ditentukan, juga sosialisasi kepada publik tentang program kegiatan itu bisa lebih efektif.
"Contohnya, menampilkan artis Maliyeh dan Maddelih ini. Disamping itu, melalui pendekatan seni budaya, kita juga ikut merawat dan melestarikan budaya lokal," kata Amin.
Pria asal Kabupaten Sumenep itu bahkan menyampaikan sambutan dan sosialisasi tentang program pengawasan partisipatif berbasis budaya itu bersama kedua artis media sosial Maddelih dan Maliyeh dengan berbahasa Madura dan sesekali diselingi gurau, sehingga suasana nampak cair dan penuh canda tawa hadirin yang mengikuti kegiatan tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Menurut Ketua Bawaslu Pamekasan Abdullah Saidi, langkah itu dilakukan karena jumlah petugas pengawas pemilu terbatas, sehingga peran aktif masyarakat dalam ikut melakukan pengawasan sangat dibutuhkan.
"Seni budaya ini menjadi media kami dalam mengampanyekan peran aktif masyarakat agar ikut melakukan pengawasan, karena menurut hemat kami lebih efektif," kata Saidi di Pamekasan, Sabtu.
Menurut Saidi, pelaksanaan pemilu yang ideal, apabila pengawasan sangat ketat, sehingga bisa menekan terjadinya pelanggaran dalam berbagai tahapan pelaksanaan pemilu.
"Pemilu di Kabupaten Pamekasan ini memang masih lama, akan tetapi kampanye untuk terus meningkatkan peran masyarakat harus dimulai saat ini," kata Saidi.
Sebelumnya di acara "Sosialisasi Pengawasan Partisipatif Berbasis Budaya" yang digelar Bawaslu Pamekasan di area Monumen Arek Lancor, Pamekasan, Jumat (15/11) malam, Ketua Bawaslu Pamekasan Abdullah Saidi menjelaskan, ke depan, pendekatan yang akan dilakukan Bawaslu menggandeng para pegiat seni budaya dari kelompok seniman dan budayawan Pamekasan.
Dalam acara itu Bawaslu Pamekasan juga menampilkan sejumlah kesenian lokal Pamekasan yang menjadi mitra Bawaslu dalam upaya meningkatkan pengawasan partisipatif.
Kelompok seni yang ditampilkan antara lain hadrah, tari tradisional Madura, pencak silat, musik daul, dan peragaan busana batik tulis Pamekasan. Bawaslu juga menggandeng pemeran artis media sosial Youtube, yakni Maliyeh dan Maddelih.
Ketua Bawaslu Jatim Moh Amin menyatakan, upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam ikut melakukan pengawasan pemilu melalui seni budaya itu, akan terus dilakukan karena beberapa pertimbangan.
Selain karena kegiatan seni budaya bisa menarik minat banyak orang untuk berkumpul di satu titik tertentu yang telah ditentukan, juga sosialisasi kepada publik tentang program kegiatan itu bisa lebih efektif.
"Contohnya, menampilkan artis Maliyeh dan Maddelih ini. Disamping itu, melalui pendekatan seni budaya, kita juga ikut merawat dan melestarikan budaya lokal," kata Amin.
Pria asal Kabupaten Sumenep itu bahkan menyampaikan sambutan dan sosialisasi tentang program pengawasan partisipatif berbasis budaya itu bersama kedua artis media sosial Maddelih dan Maliyeh dengan berbahasa Madura dan sesekali diselingi gurau, sehingga suasana nampak cair dan penuh canda tawa hadirin yang mengikuti kegiatan tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019