Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Malang mengimbau masyarakat untuk bisa beradaptasi terhadap perubahan iklim untuk mengurangi risiko bencana.

Analis Bencana pada BPBD Kota Malang Mahfuzi mengatakan bahwa berdasarkan beberapa studi yang dilakukan para ahli menyebutkan perubahan iklim bermula pada peningkatan suhu bumi dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, termasuk yang terjadi di Kota Malang, Jawa Timur.

"Adaptasi itu, menurut saya, adalah upaya kita untuk menyesuaikan diri terhadap proses perubahan iklim yang ada," kata Mahfuzi, di Kota Malang, Selasa.

Baca juga: Hujan Deras, Kota Malang Banjir dan Dikepung Macet

Mahfuzi menjelaskan, adaptasi tersebut bisa dilakukan dengan cara membatasi dampak akibat perubahan iklim yang ada, atau memanfaatkan peluang dari perubahan iklim itu sendiri. Langkah adaptasi itu, dalam upaya untuk mengurangi risiko dari perubahan iklim itu sendiri.

Menurut Mahfuzi, adaptasi harus dilakukan secara masif dan sistematis dalam suatu ekosistem, yang bisa dilakukan secara individual, berkelompok, atau masyarakat secara luas. Sebagai salah satu contoh, terkait permasalahan banjir di Kota Malang.

"Saluran drainase harus bebas sampah, jangan tutup halaman dengan beton, serta harus ada sumur resapan, atau biopori. Itu salah satu upaya adaptasi," kata Mahfuzi.

Baca juga: Peran Kelurahan Tangguh Bencana Kota Malang diperkuat

Kemudian, langkah adaptasi lain yang bisa dilakukan adalah, terkait dengan penanaman pohon di wilayah Kota Malang, hendaknya menghindari pohon-pohon yang memiliki potensi tumbang akibat akar atau batang pohon yang lapuk.

Mahfuzi mencatat, setidaknya ada enam jenis pohon yang sering tumbang, yakni pohon ceri (Muntingia Calabura), sepatu dea (Spathodea), trembesi (Albizia Saman), kecrutan (Spathodea Campanulate), waru (Hibiscus Tiliaceus), dan sengon (Paraserianthes Falcataria).

Berdasarkan catatan BPBD Kota Malang, dalam lima tahun terakhir, terjadi kenaikan kasus bencana. Pada 2016, tercatat ada 106 kasus kejadian, 2017 meningkat menjadi 192 kasus, dan 2018 menjadi 222 kasus.

Dari kejadian bencana tersebut, bencana hidrometeorologi memiliki peran paling dominan, seperti tanah longsor, banjir, angin kencang, pohon tumbang, serta kekeringan.

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019