Himpunan Aplikator Indonesia (HAPI) sangat prihatin dengan musibah atap bangunan sekolah ambruk di Kota Pasuruan, Jawa Timur, yang mengakibatkan seorang siswa dan guru tewas, sehingga mendorong profesionalisme para tenaga aplikator melalui program sertifikasi profesi.
Ketua Umum HAPI Mochamad Soleh kepada pers di Surabaya, Senin, mengemukakan bahwa peristiwa ambruknya atap bangunan SDN Gentong di Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, pada pekan lalu, patut diduga karena ada keteledoran atau kelalaian saat pemasangan struktur atap bangunan.
"Sudah pasti kami sangat prihatin dan berduka, sehingga itu pula yang menjadi alasan kami mendirikan organisasi ini. Kami ingin mendorong peningkatan profesionalisme para tenaga aplikator," ujar Soleh didampingi sejumlah pengurus HAPI yang belum lama terbentuk.
Baca juga: Kontraktor sekolah ambruk di Pasuruan hanya lulusan SMP dan SMA
Soleh menyebut tenaga aplikator dimaksud bisa tukang pasang konstruksi baja ringan, batu bata, mandor bangunan, dan sejumlah tenaga bidang konstruksi. "Tapi, kali ini kami fokus dulu pada tenaga pasang konstruksi baja ringan," tambah Soleh.
Menurut ia, sebagian besar tenaga aplikator (konstruksi baja ringan) belum bersertifikat, sehingga HAPI berupaya memfasilitasinya dengan mengadakan pelatihan hingga membantu mereka memperoleh sertifikasi resmi dari lembaga terkait.
"Semangat kami ingin meningkatkan harkat dan martabat para aplikator agar kualitasnya lebih baik. Kalau kualitas baik, diharapkan kesejahteraan bisa mengikuti," ujar Soleh.
Baca juga: Insiden sekolah ambruk, polisi sebut karena lalai dan korupsi
Kembali pada kasus atap sekolah ambruk di Pasuruan, HAPI mendukung langkah kepolisian melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebabnya, termasuk proses hukum terhadap pihak yang diduga bertanggung jawab.
"Kasus seperti di Pasuruan itu bisa dicegah dengan meningkatkan kerja sama organisasi bersama pemerintah daerah dalam pengawasan proyek pembangunan," imbuhnya.
Sementara itu, Mochamad Soleh juga menambahkan bahwa organisasi HAPI yang baru berdiri ditargetkan bisa membentuk pengurusan di 28 provinsi dan memiliki sedikitnya 10 ribu anggota aplikator. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Ketua Umum HAPI Mochamad Soleh kepada pers di Surabaya, Senin, mengemukakan bahwa peristiwa ambruknya atap bangunan SDN Gentong di Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan, pada pekan lalu, patut diduga karena ada keteledoran atau kelalaian saat pemasangan struktur atap bangunan.
"Sudah pasti kami sangat prihatin dan berduka, sehingga itu pula yang menjadi alasan kami mendirikan organisasi ini. Kami ingin mendorong peningkatan profesionalisme para tenaga aplikator," ujar Soleh didampingi sejumlah pengurus HAPI yang belum lama terbentuk.
Baca juga: Kontraktor sekolah ambruk di Pasuruan hanya lulusan SMP dan SMA
Soleh menyebut tenaga aplikator dimaksud bisa tukang pasang konstruksi baja ringan, batu bata, mandor bangunan, dan sejumlah tenaga bidang konstruksi. "Tapi, kali ini kami fokus dulu pada tenaga pasang konstruksi baja ringan," tambah Soleh.
Menurut ia, sebagian besar tenaga aplikator (konstruksi baja ringan) belum bersertifikat, sehingga HAPI berupaya memfasilitasinya dengan mengadakan pelatihan hingga membantu mereka memperoleh sertifikasi resmi dari lembaga terkait.
"Semangat kami ingin meningkatkan harkat dan martabat para aplikator agar kualitasnya lebih baik. Kalau kualitas baik, diharapkan kesejahteraan bisa mengikuti," ujar Soleh.
Baca juga: Insiden sekolah ambruk, polisi sebut karena lalai dan korupsi
Kembali pada kasus atap sekolah ambruk di Pasuruan, HAPI mendukung langkah kepolisian melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebabnya, termasuk proses hukum terhadap pihak yang diduga bertanggung jawab.
"Kasus seperti di Pasuruan itu bisa dicegah dengan meningkatkan kerja sama organisasi bersama pemerintah daerah dalam pengawasan proyek pembangunan," imbuhnya.
Sementara itu, Mochamad Soleh juga menambahkan bahwa organisasi HAPI yang baru berdiri ditargetkan bisa membentuk pengurusan di 28 provinsi dan memiliki sedikitnya 10 ribu anggota aplikator. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019