Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Pasuruan Raharto Teno Prasetyo meminta pemerhati pendidikan Indra Charismiadji yang menyatakan Pemkot setempat tidak berpihak pada pendidikan karena rendahnya persentase anggaran sektor tersebut untuk membuktikan dengan data-datanya.
"Tolong buktikan kepada saya selaku pemegang kebijakan di Pemkot tentang apa yang Pak Indra katakan," ujarnya ketika dikonfirmasi dari Surabaya, Jumat.
Baca juga: Kasus sekolah ambruk, bukti Pemkot Pasuruan tak berpihak pendidikan
Teno, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa Pemkot menganggarkan lebih dari 20 persen dari APBD Kota Pasuruan untuk dunia pendidikan sebagaimana peraturan perundang-undangan berlaku.
Ia menjelaskan, bahwa tahun ini Pemkot menganggarkan 24 persen dari APBD untuk sektor pendidikan, sedangkan pada 2018 juga lebih dari 20 persen.
"Saya harapkan tidak asal berstatemen di media nasional, tapi tak ada bukti data. Sekali lagi, saya ingin tahu dan minta datanya sebagai bukti bahwa presentase pendidikan di Kota Pasuruan hanya 6,61 persen," ucapnya.
Menurut dia, setiap anggaran yang disetujui sudah mendapat pengesahan dan evaluasi dari Gubernur Jawa Timur sehingga jika tidak memenuhi presentasi yang diminimalkan maka APBD-nya pasti ditolak.
Ia berharap peristiwa ambruknya atap kelas di SDN Gentong Kota Pasuruan tidak menjadi konsumsi yang mengarah ke muatan politis.
Teno yang menjabat Wakil Wali Kota Pasuruan mendapat amanat sebagai Plt wali kota setelah Wali Kota Pasuruan Setiyono ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi akibat dugaan kasus penyuapan pada Oktober 2018.
Sebelumnya, pemerhati pendidikan Indra Charismiadji menyatakan bahwa Pemerintah Kota Pasuruan, Jawa Timur, tidak berpihak pada pendidikan yang dibuktikan dengan rendahnya persentase anggaran untuk sektor tersebut.
"Dana yang dialokasikan untuk pendidikan hanya 6,61 persen dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)," ujar Indra di Jakarta, Rabu (6/11).
SDN Gentong di wilayah Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan ambruk pada Selasa (5/11) pukul 08.30 WIB dan mengakibatkan dua orang meninggal dunia, yaitu satu siswa dan seorang guru, ditambah belasan siswa lainnya mengalami luka-luka akibat tertimpa reruntuhan material atap kelas.
Gedung sekolah yang ambruk berada di bagian depan, terdiri dari empat kelas yakni kelas 2-A dan 2-B, serta kelas 5-A dan 5-B. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Tolong buktikan kepada saya selaku pemegang kebijakan di Pemkot tentang apa yang Pak Indra katakan," ujarnya ketika dikonfirmasi dari Surabaya, Jumat.
Baca juga: Kasus sekolah ambruk, bukti Pemkot Pasuruan tak berpihak pendidikan
Teno, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa Pemkot menganggarkan lebih dari 20 persen dari APBD Kota Pasuruan untuk dunia pendidikan sebagaimana peraturan perundang-undangan berlaku.
Ia menjelaskan, bahwa tahun ini Pemkot menganggarkan 24 persen dari APBD untuk sektor pendidikan, sedangkan pada 2018 juga lebih dari 20 persen.
"Saya harapkan tidak asal berstatemen di media nasional, tapi tak ada bukti data. Sekali lagi, saya ingin tahu dan minta datanya sebagai bukti bahwa presentase pendidikan di Kota Pasuruan hanya 6,61 persen," ucapnya.
Menurut dia, setiap anggaran yang disetujui sudah mendapat pengesahan dan evaluasi dari Gubernur Jawa Timur sehingga jika tidak memenuhi presentasi yang diminimalkan maka APBD-nya pasti ditolak.
Ia berharap peristiwa ambruknya atap kelas di SDN Gentong Kota Pasuruan tidak menjadi konsumsi yang mengarah ke muatan politis.
Teno yang menjabat Wakil Wali Kota Pasuruan mendapat amanat sebagai Plt wali kota setelah Wali Kota Pasuruan Setiyono ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi akibat dugaan kasus penyuapan pada Oktober 2018.
Sebelumnya, pemerhati pendidikan Indra Charismiadji menyatakan bahwa Pemerintah Kota Pasuruan, Jawa Timur, tidak berpihak pada pendidikan yang dibuktikan dengan rendahnya persentase anggaran untuk sektor tersebut.
"Dana yang dialokasikan untuk pendidikan hanya 6,61 persen dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)," ujar Indra di Jakarta, Rabu (6/11).
SDN Gentong di wilayah Kecamatan Gadingrejo, Kota Pasuruan ambruk pada Selasa (5/11) pukul 08.30 WIB dan mengakibatkan dua orang meninggal dunia, yaitu satu siswa dan seorang guru, ditambah belasan siswa lainnya mengalami luka-luka akibat tertimpa reruntuhan material atap kelas.
Gedung sekolah yang ambruk berada di bagian depan, terdiri dari empat kelas yakni kelas 2-A dan 2-B, serta kelas 5-A dan 5-B. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019