Warga Pamekasan, Pulau Madura, Jawa Timur, Rabu, menggelar shalat istisqa, yakni shalat untuk memohon turunnya hujan akibat kemarau panjang yang menyebabkan terjadinya kekeringan dan kekurangan air bersih di sejumlah desa di wilayah itu di lapangan Bakorwil IV Pamekasan.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Pamekasan KH Ali Rahwini memimpin langsung shalat yang dihadiri ratusan orang dari kalangan pelajar, mahasiswa, pejabat dan santri dari sejumlah pondok pesantren di Pamekasan ini.

"Semoga melalui permohonan secara bersama-sama ini, doa kita dikabulkan oleh Allah SWT dan di Pamekasan ini segera turun hujan," kata Rahwini.

Baca juga: Ribuan warga Pamekasan shalat minta hujan

Shalat memohon turunnya hujan ini digelar dua rakaat, dan tata caranya mirip dengan shalat Id, yakni 7 kali takbir pada rakaat pertama dan 5 kali takbir pada rakaat kedua.

Seusai shalat, imam shalat yakni KH Ali Rahwini menyampaikan khotbah yang salah satu isinya mengajak jamaah dan umat Islam memperbanyak bacaan shalawat dan istighfar.

Ia menjelaskan, saat ini ribuan warga di pedesaan terpaksa dipasok air bersih karena kesulitan untuk mendapatkan air bersih, termasuk untuk kebutuhan menunaikan ibadah, yakni berwudhu.

Baca juga: 3.192 tangki air didistribusikan ke 80 desa terdampak kekeringan di Pamekasan

Sementara itu, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Derah (BPBD) Pemkab Pamekasan, warga terdampak kekeringan dan kekurangan air bersih pada musim kemarau kali ini, tersebar di 325 dusun, 80 desa dan 11 kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di Kabupaten Pamekasan.

Jika dilihat dari jumlah desa, kasus kekeringan dan kekurangan air bersih yang melanda Pamekasan kali ini sama dengan tahun lalu.

Sebab, pada tahun lalu, desa yang mengalami kekeringan juga 80 desa. Tapi berbeda sebarannya lebih luas.

Pada kemarau 2018, jumlah dusun yang dilanda kekeringan dari 80 desa yang tersebar di 11 kecamatan itu, hanya 310 dusun. Tahun ini sebanyak 325 dusun atau bertambah 15 dusun dibanding tahun 2018.

Sementara itu, dari sebanyak 80 desa yang kini dilanda kekeringan tersebut, BPBD Pemkab Pamekasan mencatat sebanyak 47 mengalami kering langka, sedangkan 33 desa sisanya mengalami kering kritis.

Kekeringan kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan ketersediaan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.

Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang, per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat, sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019