Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan, Jawa Timur, mendistribusikan 3.192 tangki air guna mengatasi kekeringan dan kekurangan air bersih di wilayah itu.
"Jumlah ini mulai dari awal pendistribusian pada bulan Agustus hingga Oktober 2019 ini," kata Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Pemkab Pamekasan Budi Cahyono di Pamekasan, Jumat.
Distribusi air bersih dilakukan kepada 80 desa di 11 kecamatan yang dilanda kekeringan akibat kemarau panjang.
Menurut Budi, jumlah itu masih akan terus bertambah, mengingat hingga kini kekeringan masih berlangsung di Pamekasan dan belum ada tanda-tanda akan turun hujan.
Baca juga: 212.321 jiwa di Pamekasan terdampak kekeringan
Berdasarkan data BPBD setempat, sedikitnya 212.321 jiwa di Kabupaten Pamekasan kini terdampak kekeringan pada musim kering yang terjadi pada kemarau kali ini.
"Ke-212.321 jiwa ini terdiri dari 71.032 kepala keluarga yang tersebar di 11 kecamatan di Kabupaten Pamekasan," kata Kepala BPBD Pemkab Pamekasan Akmalul Firdaus.
"Jumlah dusun yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih sebanyak 325 dusun," kata Firdaus, menjelaskan.
Sebenarnya, sambung dia, jika dilihat dari jumlah desa, kasus kekeringan dan kekurangan air bersih yang melanda Pamekasan kali ini sama dengan tahun lalu.
"Tahun lalu, desa yang mengalami kekeringan juga 80 desa. Tapi, berbeda sebarannya. Tahun ini sebarannya lebih luas, meskipun jumlah desanya sama," ujar Firdaus.
Baca juga: Sebanyak 80 Desa di Pamekasan Dilanda Kekeringan
Ia menjelaskan, pada kemarau 2018, jumlah dusun yang dilanda kekeringan dari 80 desa yang tersebar di 11 kecamatan itu, hanya 310 dusun. Tahun ini sebanyak 325 dusun.
"Dengan demikian ada tambahan sebanyak 15 dusun dibanding tahun 2018, dan ini yang saya maksud bahwa sebarannya lebih luas, meski jumlah desanya sama," katanya, menjelaskan.
Sementara itu, dari sebanyak 80 desa yang kini dilanda kekeringan tersebut, BPBD Pemkab Pamekasan mencatat sebanyak 47 mengalami kering langka, sedangkan 33 desa sisanya mengalami kering kritis.
Kekeringan kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan ketersediaan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.
Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang, per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat, sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.
Kepala BPBD Akmalul Firdaus menjelaskan, saat ini pihaknya juga berupaya melakukan penanganan kasus kekeringan ini secara terintegratif, dengan melibatkan instansi dinas terkait di lingkungan Pemkab Pamekasan.
"Penanganan jangka pendek yang kami lakukan adalah dengan menyalurkan bantuan air bersih ke desa-desa yang dilanda kekeringan dan sudah mulai hari ini, sedangkan penanganan jangka panjang masih kami komunikasikan," katanya, menjelaskan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Jumlah ini mulai dari awal pendistribusian pada bulan Agustus hingga Oktober 2019 ini," kata Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Pemkab Pamekasan Budi Cahyono di Pamekasan, Jumat.
Distribusi air bersih dilakukan kepada 80 desa di 11 kecamatan yang dilanda kekeringan akibat kemarau panjang.
Menurut Budi, jumlah itu masih akan terus bertambah, mengingat hingga kini kekeringan masih berlangsung di Pamekasan dan belum ada tanda-tanda akan turun hujan.
Baca juga: 212.321 jiwa di Pamekasan terdampak kekeringan
Berdasarkan data BPBD setempat, sedikitnya 212.321 jiwa di Kabupaten Pamekasan kini terdampak kekeringan pada musim kering yang terjadi pada kemarau kali ini.
"Ke-212.321 jiwa ini terdiri dari 71.032 kepala keluarga yang tersebar di 11 kecamatan di Kabupaten Pamekasan," kata Kepala BPBD Pemkab Pamekasan Akmalul Firdaus.
"Jumlah dusun yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih sebanyak 325 dusun," kata Firdaus, menjelaskan.
Sebenarnya, sambung dia, jika dilihat dari jumlah desa, kasus kekeringan dan kekurangan air bersih yang melanda Pamekasan kali ini sama dengan tahun lalu.
"Tahun lalu, desa yang mengalami kekeringan juga 80 desa. Tapi, berbeda sebarannya. Tahun ini sebarannya lebih luas, meskipun jumlah desanya sama," ujar Firdaus.
Baca juga: Sebanyak 80 Desa di Pamekasan Dilanda Kekeringan
Ia menjelaskan, pada kemarau 2018, jumlah dusun yang dilanda kekeringan dari 80 desa yang tersebar di 11 kecamatan itu, hanya 310 dusun. Tahun ini sebanyak 325 dusun.
"Dengan demikian ada tambahan sebanyak 15 dusun dibanding tahun 2018, dan ini yang saya maksud bahwa sebarannya lebih luas, meski jumlah desanya sama," katanya, menjelaskan.
Sementara itu, dari sebanyak 80 desa yang kini dilanda kekeringan tersebut, BPBD Pemkab Pamekasan mencatat sebanyak 47 mengalami kering langka, sedangkan 33 desa sisanya mengalami kering kritis.
Kekeringan kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan ketersediaan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.
Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang, per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat, sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.
Kepala BPBD Akmalul Firdaus menjelaskan, saat ini pihaknya juga berupaya melakukan penanganan kasus kekeringan ini secara terintegratif, dengan melibatkan instansi dinas terkait di lingkungan Pemkab Pamekasan.
"Penanganan jangka pendek yang kami lakukan adalah dengan menyalurkan bantuan air bersih ke desa-desa yang dilanda kekeringan dan sudah mulai hari ini, sedangkan penanganan jangka panjang masih kami komunikasikan," katanya, menjelaskan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019