Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengajak puluhan kepala desa dan lurah untuk melihat langsung pengelolaan sampah di Desa Tembokrejo, salah satu desa yang sukses melakukan penanganan dan pengelolaan sampah lewat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Sekitar 8.900 rumah tangga di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, ini, yang dulunya suka membuang sampah di laut, kini justru mengolah sampah di tempat pengolahan sampah terpadu (TPST).
"Kemarin, Selasa (29/10), saya mengajak puluhan kepala desa dan lurah untuk melihat bagaimana proses pengolahan sampah di TPST Tembokrejo. Mulai pemilahan, pengemasan hingga pemanfaatan sampah yang bernilai ekonomis," kata Bupati Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu.
Azwar Anas sengaja mengajak kepala desa dan lurah dari enam kecamatan itu agar bisa mencontoh manajemen pengelolaan sampah di Desa Tembokrejo. Tidak hanya menciptakan kebersihan wilayah, tetapi juga mampu mengubah perilaku warga ikut peduli terhadap masalah sampah.
"Dulu, di sini paling 'ruwet' masalah sampah, masyarakatnya masih banyak yang membuang sampah ke sungai bahkan ke laut. Namun, kerja keras dari aparat desa bersama Systemiq, kini perilaku warga mulai berubah drastis, dan kesadaran peduli sampah tumbuh pesat," ujarnya.
Azwar Anas meminta para kepala desa agar mencontoh manajemen yang telah dilakukan Desa Tembokrejo dan Systemiq. Katanya, program penanganan sampah harus menjadi salah satu prioritas desa yang dianggarkan lewat APBDes.
"Kami ingin Banyuwangi tidak hanya bersih di kotanya saja, tapi juga di desanya. Untuk itu, saya minta para kades untuk memberi perhatian serius," tuturnya.
Chief Delivery Officer STOP Project Systemiq, Andre Kuncoroyekti, mengatakan bahwa Systemiq melibatkan BUMDes sebagai pengelola sampah, dan dilatih mengoptimalkan pengangkutan, pengumpulan dan pengolahan sampah.
"Sekarang 100 persen warga sudah dilayani BUMDes, cakupannya sudah mencapai seluruh rumah tangga di Desa Tembokrejo, yang berjumlah 8.900 rumah tangga, dari awal yang sebelum kami masuk hanya 400 rumah tangga," kata Andre.
Di TPST Tembokrejo, sampah dari rumah warga dipilah dan dikelola, sampah organik dimanfaatkan untuk kompos dan budi daya larva lalat black soldier fly yang memiliki kemampuan mengurai sampah.
Adapun yang nonorganik, dipilah untuk dijual, dan sejak April 2018 hingga Februari 2019, jumlah sampah nonorganik yang dijual mencapai 10,4 ton.
Bumdes bahkan berhasil menjual sampah yang telah diolah ke Surabaya dan Pasuruan dengan pendapatan Rp25 juta per bulan," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Sekitar 8.900 rumah tangga di Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar, ini, yang dulunya suka membuang sampah di laut, kini justru mengolah sampah di tempat pengolahan sampah terpadu (TPST).
"Kemarin, Selasa (29/10), saya mengajak puluhan kepala desa dan lurah untuk melihat bagaimana proses pengolahan sampah di TPST Tembokrejo. Mulai pemilahan, pengemasan hingga pemanfaatan sampah yang bernilai ekonomis," kata Bupati Azwar Anas di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu.
Azwar Anas sengaja mengajak kepala desa dan lurah dari enam kecamatan itu agar bisa mencontoh manajemen pengelolaan sampah di Desa Tembokrejo. Tidak hanya menciptakan kebersihan wilayah, tetapi juga mampu mengubah perilaku warga ikut peduli terhadap masalah sampah.
"Dulu, di sini paling 'ruwet' masalah sampah, masyarakatnya masih banyak yang membuang sampah ke sungai bahkan ke laut. Namun, kerja keras dari aparat desa bersama Systemiq, kini perilaku warga mulai berubah drastis, dan kesadaran peduli sampah tumbuh pesat," ujarnya.
Azwar Anas meminta para kepala desa agar mencontoh manajemen yang telah dilakukan Desa Tembokrejo dan Systemiq. Katanya, program penanganan sampah harus menjadi salah satu prioritas desa yang dianggarkan lewat APBDes.
"Kami ingin Banyuwangi tidak hanya bersih di kotanya saja, tapi juga di desanya. Untuk itu, saya minta para kades untuk memberi perhatian serius," tuturnya.
Chief Delivery Officer STOP Project Systemiq, Andre Kuncoroyekti, mengatakan bahwa Systemiq melibatkan BUMDes sebagai pengelola sampah, dan dilatih mengoptimalkan pengangkutan, pengumpulan dan pengolahan sampah.
"Sekarang 100 persen warga sudah dilayani BUMDes, cakupannya sudah mencapai seluruh rumah tangga di Desa Tembokrejo, yang berjumlah 8.900 rumah tangga, dari awal yang sebelum kami masuk hanya 400 rumah tangga," kata Andre.
Di TPST Tembokrejo, sampah dari rumah warga dipilah dan dikelola, sampah organik dimanfaatkan untuk kompos dan budi daya larva lalat black soldier fly yang memiliki kemampuan mengurai sampah.
Adapun yang nonorganik, dipilah untuk dijual, dan sejak April 2018 hingga Februari 2019, jumlah sampah nonorganik yang dijual mencapai 10,4 ton.
Bumdes bahkan berhasil menjual sampah yang telah diolah ke Surabaya dan Pasuruan dengan pendapatan Rp25 juta per bulan," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019