Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan perubahan kecepatan angin sempat menghalangi upaya pemadam melalui operasi pengeboman udara pada kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di kawasan Gunung Arjuno dan Gunung Welirang, Jawa Timur, Senin.
"Perubahan udara menyebabkan guncangan helikopter jenis MI-8 yang akhirnya kembali ke landasan di Lanud TNI AU Abdul Rahman Saleh Malang, Jatim," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo melalui siaran pers yang diterima ANTARA di Surabaya, Senin malam.
Baca juga: Sejumlah titik api kembali muncul di lereng Gunung Arjuno
Turbulensi disebabkan karena angin di ketinggian cukup kencang sehingga membahayakan operasi pengeboman di beberapa titik yang telah diidentifikasi, yakni di kawasan Maha Pena, Watu Bagong dan Curah Sriti.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa timur, angin bertiup dengan kecepatan 25 knot, yang mana normal kecepatan angin untuk penerbangan yang aman berada pada 10 knot.
Karena angin masih cukup kencang maka operasi pengeboman dihentikan dan BPBD akan melanjutkan pada Selasa (22/10), mulai pukul 06.00 WIB.
Baca juga: Operasi "water bombing" Gunung Arjuno terkendala cuaca
Kebakaran hutan dan lahan di kawasan Gunung Arjuno-Welirang ini diinformasikan pertama kali pada Juli 2019, yaitu lokasi titik api diketahui mendekati puncak di ketinggian sekitar 3.200 mdpl dengan tutupan lahan yang didominasi sabana.
Sedangkan, medan menuju lokasi sulit dijangkau, tidak terdapat sumber air dan kondisi angin cukup kencang.
Sementara itu, selain di kawasan ini, BNPB mencatat terjadinya karhutla di kawasan pegunungan di Pulau Jawa.
Data BNPB per 21 Oktober 2019 pukul 16.00 WIB, karhutla teridentifikasi di Gunung Ungaran, Cikuray, dan Ringgit, lalu karhutla yang telah padam yaitu di Gunung Malabar, Merapi dan Andong.
Data BNPB juga mencatat 328.722 hektare luas lahan terbakar di seluruh wilayah Indonesia dari Januari hingga Agustus 2019.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Perubahan udara menyebabkan guncangan helikopter jenis MI-8 yang akhirnya kembali ke landasan di Lanud TNI AU Abdul Rahman Saleh Malang, Jatim," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo melalui siaran pers yang diterima ANTARA di Surabaya, Senin malam.
Baca juga: Sejumlah titik api kembali muncul di lereng Gunung Arjuno
Turbulensi disebabkan karena angin di ketinggian cukup kencang sehingga membahayakan operasi pengeboman di beberapa titik yang telah diidentifikasi, yakni di kawasan Maha Pena, Watu Bagong dan Curah Sriti.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa timur, angin bertiup dengan kecepatan 25 knot, yang mana normal kecepatan angin untuk penerbangan yang aman berada pada 10 knot.
Karena angin masih cukup kencang maka operasi pengeboman dihentikan dan BPBD akan melanjutkan pada Selasa (22/10), mulai pukul 06.00 WIB.
Baca juga: Operasi "water bombing" Gunung Arjuno terkendala cuaca
Kebakaran hutan dan lahan di kawasan Gunung Arjuno-Welirang ini diinformasikan pertama kali pada Juli 2019, yaitu lokasi titik api diketahui mendekati puncak di ketinggian sekitar 3.200 mdpl dengan tutupan lahan yang didominasi sabana.
Sedangkan, medan menuju lokasi sulit dijangkau, tidak terdapat sumber air dan kondisi angin cukup kencang.
Sementara itu, selain di kawasan ini, BNPB mencatat terjadinya karhutla di kawasan pegunungan di Pulau Jawa.
Data BNPB per 21 Oktober 2019 pukul 16.00 WIB, karhutla teridentifikasi di Gunung Ungaran, Cikuray, dan Ringgit, lalu karhutla yang telah padam yaitu di Gunung Malabar, Merapi dan Andong.
Data BNPB juga mencatat 328.722 hektare luas lahan terbakar di seluruh wilayah Indonesia dari Januari hingga Agustus 2019.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019