Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mendemonstrasikan mesin-mesin untuk teknologi pertanian, yang memudahkan pekerjaan petani menyusul tantangan Revolusi Industri 4.0.

Menteri Amran menekankan pentingnya pengelolaan sektor pertanian secara modern dengan mesin pertanian (alsintan) yang canggih. Dalam hal ini peran generasi muda juga sangat dibutuhkan.

"Penguasaan teknologi sangat penting dalam mewujudkan Indonesia lumbung pangan dunia 2045, serta tantangan Revolusi Industri 4.0 di segala bidang," ujar Amran dalam acara demontrasi teknologi mekanisasi 4.0 di Desa Jabon, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu.

Baca juga: Mekanisasi pertanian mampu menurunkan biaya produksi
Petugas mengoperasikan drone penebar benih padi dan mesin penanam padi kendali jarak jauh di Desa Jabon, Kediri, Jawa Timur, Rabu (9/10/2019). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/foc.


Amran mengatakan, Indonesia harus berani mengalihkan pola tradisional menuju pola modern. Pengalihan ini wajib dilakukan untuk mengimbangi pesatnya kemajuan dunia.

Menurut dia, untuk kemajuan tersebut juga harus diimbangi dengan kemampuan sumber daya manusia yang menguasai mekanisasi.

"Dalam menjawab tantangan global dan nasional ini, Kementan melalui Balitbangtan telah menghasilkan produk teknologi inovatif mekanisasi 4.0. Kami berhasil mengembangkan drone penebar benih padi yang mampu menebar hingga satu hektare lahan dalam waktu satu jam dengan kapasitas 50-60 kilogram per hektare," katanya.

Amran menjelaskan, drone penebar ini mampu bekerja mandiri sesuai pola dan alur yang dibuat pada perangkat android dengan panduan GPS. Drone ini mampu melakukan resume operation untuk melanjutkan operation yang tertunda, sehingga tidak terjadi overlap karena dilakukan secara otomatis.

"10 tahun ke depan teknologi ini akan memudahkan petani. Mereka bisa nanam padi sambil duduk di bawah pohon", kata Amran.

Amran menambahkan, dalam kurun waktu lima tahun periode pertama pemerintahan Jokowi-JK telah menorehkan sejarah swasembada beras di 2019. Bila dibandingkan dengan tahun 1984, swasembada kali ini ditandai dengan produksi beras nasional yang jauh lebih dari cukup untuk 267 juta jiwa penduduk Indonesia.

Baca juga: LP2M Unej luncurkan teknologi "handheld-drone" dukung pertanian presisi

Konsumsi beras nasional 32,4 juta ton per tahun terpenuhi dan tidak ada impor. Selain itu, gudang Bulog juga masih menyimpan 2,5 juta ton beras.

Sementara itu, untuk metode kerangka sampel area Badan Pusat Statistik atau KSA BPS, diperkirakan surplus dapat mencapai 5 juta ton di akhir 2019.

"Kami prediksikan bila terus seperti ini, saya optimistis produksi kita mampu mencukupi 1 miliar penduduk dalam 20 tahun ke depan," ujar Amran.

Sementara itu, Direktur Alat dan Mesin Pertanian Kementerian Pertanian Andi Nur Alam menambahkan secara spesifik ketahanan baterai drone yang diciptakan mampu beroperasi selama 20 menit dengan kapasitas angkut 6 kilogram hingga 15 kilogram benih padi. Drone sebar benih memberikan efisiensi biaya sekitar 75 persen dan efisiensi waktu 75 persen dibanding alat dan mesin pertanian (alsin) tanam benih langsung.

Selain itu, pemerintah juga berhasil mengembangkan drone penebar pupuk prill dan drone sprayer untuk aplikasi pestisida. Kedua alat ini memiliki fungsi yang tidak kalah penting karena memberikan efisiensi 75 persen dibanding alat biasa.

"Kami juga bisa menciptakan robot tanam padi yang bisa difungsikan untuk menanam dengan komunikasi internet of thing melalui sarana GPS. Di samping itu, kami memiliki autonomous tractor roda empat tanpa awak yang juga dikendalikan oleh sistem navigasi berbasis Internet of Things (IoT). Ada juga traktor perahu sebagai alat pengolah tanah dengan konsep traktor roda dua," kata dia.

Menteri Amran berkunjung ke Kabupaten Kediri. Selain demontrasi teknologi pertanian, Menteri Amran juga berkunjung ke Gudang Bulog Kediri. Ia meninjau secara langsung stok beras di gudang.

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019