Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi jujugan wisata arsitektur dan salah satunya rombongan mahasiswa Fakultas Arsitektur Lanskap dan Tekonologi Lingkungan Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Trisakti berkunjung ke kabupaten berjuluk Bumi Blambangan, Senin.

Kunjungan mahasiswa Trisakti ke Kabupaten Banyuwangi ini dipimpin dosen yang juga pengamat perkotaan, Yayat Supriyatna.

Yayat Supriyatna mengatakan, Banyuwangi dinilai layak dikunjungi karena perkembangan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir, yang diiringi dengan keterlibatan arsitek.

"Kabupaten Banyuwangi berhasil mengorganisasikan pemerintahnya untuk menata kotanya dengan baik," ujar Yayat di Banyuwangi.

Menurut ia, mahasiswanya selama ini hanya mendapatkan teori dari kampus dan saat ini diajak turun ke lapangan untuk melihat bagaimana mengembangkan wilayah yang terkonsep.

"Bagaimana arsitek dilibatkan dalam perencanaan kota, dan bagaimana tata kotanya bisa mendukung program pariwisatanya. Ini yang mengingspirasi kami untuk belajar ke sini," katanya.

Selain itu, lanjutnya, dengan mengunjungi Banyuwangi mahasiswanya juga bisa belajar langsung kepada Bupati Anas sebagai kepala daerah yang berhasil melakukan penataan kota dengan baik.

"Bagi kami, Pak Anas adalah guru yang ilmunya sangat banyak dengan ide-ide bagus pada masalah tata kota. Beliau penuh inspirasi dan bahkan setiap saya mendengar berita, saya selalu penasaran apa lagi yang baru di Banyuwangi," tutur Yayat.

Selama di Banyuwangi, mahasiswa tersebut mengunjungi sejumlah bangunan yang dibangun dengan melibatkan arsitek, seperti Bandara Banyuwangi, kawasan pendopo kabupaten hingga destinasi wisata.

Bupati Azwar Anas menyampaikan bahwa ikhtiar pemda membangun Banyuwangi bersama arsitek ternyata membuahkan hasil di sisi lain.

Tidak hanya penggiat arsitektur maupun mahasiswa, sejumlah pemerintah kabupaten/kota dari berbagai provinsi juga datang untuk studi penerapan pembangunan yang mengadopsi arsitektur khas lokal.

"Selain mengoptimalkan fungsi bangunan maupun lanskap untuk kepentingan pelayanan publik, ternyata juga mampu menarik minat orang untuk datang," kata Anas.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah arsitek yang karyanya sudah lintas negara memang dilibatkan membangun Banyuwangi, mulai arsitek Andra Matin, Budi Pradono, Adi Purnomo hingga Yori Antar.

Mereka (para arsitek) mengembangkan ruang terbuka hijau, dan salah satunya terminal bandara, fasilitas pendidikan, stadion, pasar tradisional, pendopo hingga lanskap destinasi wisata.

"Kami berterima kasih kepada para arsitek, karena mereka punya dedikasi tulus mengembangkan daerah lewat arsitektur," ucapnya.

Banyuwangi juga mewajibkan bangunan baru berskala besar untuk memasukkan unsur budaya lokal dalam arsitekturnya, seperti hotel hingga gedung perkantoran.

Hal itu merupakan upaya menitipkan kebudayaan Banyuwangi agar tetap lestari, di Banyuwangi bisa melihat hotel berbintang memasukkan batik bermotif Gajah Oling dalam arsitekturnya, dan pabrik kereta milik PT INKA terbesar di Asean yang tengah dibangun di Banyuwangi juga menggunakan arsitektur khas Banyuwangi. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019