Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini memaparkan manajemen risiko bencana dalam Forum Pengurangan dan Manajemen Risiko Bencana yang digelar United Cities and Local Government (UCLG) Asia Pasific (Aspac) di Kota Makati, Filipina, pada 5-7 September 2019.
"Bapak-ibu, bencana telah merenggut nyawa dan menyebabkan kerusakan besar pada kota dan komunitas kami. Bagi saya, melindungi rakyat adalah hal yang paling penting dan ingin saya wujudkan dalam program kegiatan UCLG Aspac ini," kata Wali Kota Risma di acara UCLG Aspac, melalui siaran pers yang dikirim Humas Pemkot Surabaya, Jumat.
Selain menghadiri forum Pengurangan dan Manajemen Risiko Bencana, Risma juga memberikan sambutan di forum yang bertajuk membangun kota yang berkelanjutan dan tangguh.
Forum tersebut dihadiri sekitar 200 peserta, terdiri dari para komite dan kota-kota anggota UCLG Aspac serta para ahli.
Acara tersebut bertujuan untuk membahas Kerangka Sendai Target E, Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030 dalam rangka mempercepat penyelesaian pada tahun 2020 mendatang.
Dalam pertemuan itu, Risma menjelaskan bahwa wilayah Asia-Pasific adalah daerah yang rawan terjadi bencana alam di dunia. Ia menceritakan berbagai bencana alam yang terjadi tahun lalu seperti di Lombok Nusa Tenggara Timur (NTB) dan Palu Sulawesi Tengah, Indonesia.
Ia menjelaskan program tersebut bisa ditempuh. Ia mengaku sudah membuktikannya di Kota Surabaya yang terletak 5 meter di atas permukaan laut. Pada 2010, banjir di wilayah Surabaya mencapai 50 persen.
"Tahun ini, dengan berbagai inisiatif, kami berhasil mengurangi banjir hingga tersisa 2 persen saja," kata Presiden UCLG Aspac ini.
Keberhasilan itu diungkapkan Wali Kota Risma dengan menjelaskan terobosan apa saja yang telah dilakukannya, mulai dari pembuatan reservoir atau bozem yang berfungsi sebagai penampung air hujan dan menjadi cadangan saat musim kemarau.
"Kemudian kami merevitalisasi sungai, membuat hijau tepi sungai dan berbagai penghijauan lainnya," ujarnya.
Menurutnya, upaya internasional seperti Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030 ini adalah langkah penting menuju komitmen dan tindakan yang lebih kuat. Oleh karena itu, Risma menegaskan agenda global ini terutama ditujukan tingkat nasional dan pemerintah daerah.
"Kita berada di garis terdepan dalam pelaksanaannya," katanya.
Untuk mewujudkan komitmen itu, Wali Kota perempuan pertama di Surabaya ini mengajak seluruh anggota UCLG Aspac untuk berpartisipasi dalam pertemuan Konferensi Tingkat Menteri Asia tentang Pengurangan Risiko Bencana tahun depan di Brisbane.
"Di sana kita akan tunjukkan bahwa Kerangka Sendai Target E sudah sampai di tingkat lokal, ini juga menjadi upaya dalam pengurangan risiko bencana dalam Deklarasi Wali Kota ASEAN yang diadopsi di Bangkok 27 Agustus lalu," ujarnya.
Selain itu, Wali Kota Risma juga memberikan dukungan kemanusiaan terhadap warga yang terkena bencana di berbagai kota untuk memperkuat respons dan rehabilitasi pasca bencana, seperti yang terjadi di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Palu Sulawesi Utara.
"Saya mengunjungi Palu beberapa bulan lalu dan berkesempatan diskusi dengan Wali Kota di sana dan menanyakan apa saja yang dibutuhkan dan memberikan bantuan," katanya.
Tidak hanya itu, Risma juga membeberkan terkait peluncuran ajakan solidaritas untuk mendukung saudara-saudara yang terdampak musibah. Ajakan solidaritas itu ia buat melalui UCLG Aspac dengan UCLG World bekerja sama dengan Asosiasi Kota Perancis (CUF) untuk berkontribusi pada rehabilitasi untuk kota yang terdampak.
Ia menambahkan, dukungan Pemerintah Pusat memang sangat dibutuhkan. Meskipun demikian, bersamaan dengan itu pula kerjasama antarkota juga harus terus dilakukan. "Kami terus memberdayakan pemerintah kota dan daerah dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana," katanya.
Oleh karena itu, pada kesempatan itu Wali Kota Risma mengajak kepada semua pihak untuk bersama-sama saling membangun budaya dan menjaga kawasan Asia Pasific. Ia berharap forum ini dapat menjadi bagian dan langkah konkret menciptakan masyarakat berkelanjutan dan tangguh.
"Saya berharap dapat belajar dari pembicara kami. Semoga kita mampu membentuk masyarakat yang kuat dan tangguh," ujarnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Bapak-ibu, bencana telah merenggut nyawa dan menyebabkan kerusakan besar pada kota dan komunitas kami. Bagi saya, melindungi rakyat adalah hal yang paling penting dan ingin saya wujudkan dalam program kegiatan UCLG Aspac ini," kata Wali Kota Risma di acara UCLG Aspac, melalui siaran pers yang dikirim Humas Pemkot Surabaya, Jumat.
Selain menghadiri forum Pengurangan dan Manajemen Risiko Bencana, Risma juga memberikan sambutan di forum yang bertajuk membangun kota yang berkelanjutan dan tangguh.
Forum tersebut dihadiri sekitar 200 peserta, terdiri dari para komite dan kota-kota anggota UCLG Aspac serta para ahli.
Acara tersebut bertujuan untuk membahas Kerangka Sendai Target E, Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030 dalam rangka mempercepat penyelesaian pada tahun 2020 mendatang.
Dalam pertemuan itu, Risma menjelaskan bahwa wilayah Asia-Pasific adalah daerah yang rawan terjadi bencana alam di dunia. Ia menceritakan berbagai bencana alam yang terjadi tahun lalu seperti di Lombok Nusa Tenggara Timur (NTB) dan Palu Sulawesi Tengah, Indonesia.
Ia menjelaskan program tersebut bisa ditempuh. Ia mengaku sudah membuktikannya di Kota Surabaya yang terletak 5 meter di atas permukaan laut. Pada 2010, banjir di wilayah Surabaya mencapai 50 persen.
"Tahun ini, dengan berbagai inisiatif, kami berhasil mengurangi banjir hingga tersisa 2 persen saja," kata Presiden UCLG Aspac ini.
Keberhasilan itu diungkapkan Wali Kota Risma dengan menjelaskan terobosan apa saja yang telah dilakukannya, mulai dari pembuatan reservoir atau bozem yang berfungsi sebagai penampung air hujan dan menjadi cadangan saat musim kemarau.
"Kemudian kami merevitalisasi sungai, membuat hijau tepi sungai dan berbagai penghijauan lainnya," ujarnya.
Menurutnya, upaya internasional seperti Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana 2015-2030 ini adalah langkah penting menuju komitmen dan tindakan yang lebih kuat. Oleh karena itu, Risma menegaskan agenda global ini terutama ditujukan tingkat nasional dan pemerintah daerah.
"Kita berada di garis terdepan dalam pelaksanaannya," katanya.
Untuk mewujudkan komitmen itu, Wali Kota perempuan pertama di Surabaya ini mengajak seluruh anggota UCLG Aspac untuk berpartisipasi dalam pertemuan Konferensi Tingkat Menteri Asia tentang Pengurangan Risiko Bencana tahun depan di Brisbane.
"Di sana kita akan tunjukkan bahwa Kerangka Sendai Target E sudah sampai di tingkat lokal, ini juga menjadi upaya dalam pengurangan risiko bencana dalam Deklarasi Wali Kota ASEAN yang diadopsi di Bangkok 27 Agustus lalu," ujarnya.
Selain itu, Wali Kota Risma juga memberikan dukungan kemanusiaan terhadap warga yang terkena bencana di berbagai kota untuk memperkuat respons dan rehabilitasi pasca bencana, seperti yang terjadi di Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Palu Sulawesi Utara.
"Saya mengunjungi Palu beberapa bulan lalu dan berkesempatan diskusi dengan Wali Kota di sana dan menanyakan apa saja yang dibutuhkan dan memberikan bantuan," katanya.
Tidak hanya itu, Risma juga membeberkan terkait peluncuran ajakan solidaritas untuk mendukung saudara-saudara yang terdampak musibah. Ajakan solidaritas itu ia buat melalui UCLG Aspac dengan UCLG World bekerja sama dengan Asosiasi Kota Perancis (CUF) untuk berkontribusi pada rehabilitasi untuk kota yang terdampak.
Ia menambahkan, dukungan Pemerintah Pusat memang sangat dibutuhkan. Meskipun demikian, bersamaan dengan itu pula kerjasama antarkota juga harus terus dilakukan. "Kami terus memberdayakan pemerintah kota dan daerah dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana," katanya.
Oleh karena itu, pada kesempatan itu Wali Kota Risma mengajak kepada semua pihak untuk bersama-sama saling membangun budaya dan menjaga kawasan Asia Pasific. Ia berharap forum ini dapat menjadi bagian dan langkah konkret menciptakan masyarakat berkelanjutan dan tangguh.
"Saya berharap dapat belajar dari pembicara kami. Semoga kita mampu membentuk masyarakat yang kuat dan tangguh," ujarnya.*
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019