Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mengatakan rencana mendatangkan rektor asing dapat menciptakan kompetisi dalam rangka meningkatkan daya saing sumber daya manusia dalam negeri.
"Kepada seluruh rakyat Indonesia masalah rektor dari asing guru besar atau dosen dari asing itu di mana negara semua hal yang biasa bukan hal yang aneh dan ini dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kita lakukan supaya ada kompetisi daya saing. Kalau kita tidak mengkompetisikan diri di tingkat dunia mana mungkin kita akan menjadi perguruan tinggi kelas dunia," kata Menteri Nasir kepada wartawan di Gedung Ristekdikti, Jakarta, Jumat.
Dia menuturkan mengajak rektor atau dosen dari luar negeri yang akan masuk perguruan tinggi di Indonesia hendaklah disikapi secara positif. Menurut dia, rektor asing yang memimpin perguruan tinggi di luar negeri merupakan hal yang biasa terjadi.
"Ini harus kita sikapi dengan sikap positif yang dalam rangka meningkatkan daya saing," ujarnya.
Nasir menilai persyaratan calon rektor yang ada saat ini perlu ditingkatkan untuk menciptakan kompetisi yang lebih berdaya saing.
"Yang ada itu selalu syaratnya minimal sekali, kadang-kadang dia tidak punya 'network' (jaringan), hanya syaratnya sebagai ketua jurusan, kan itu terlalu kecil, sementara kalau kita naikkan ini tidak ada yang daftar kan masalah karena ada yang dicari dari dalam. Tapi kalau kita buka lebih luas ternyata ada potensi yang lebih besar lagi, ini harus kita dorong." ujarnya.
Dia mengatakan saat ini Indonesia memiliki 292.000 dosen, yang merupakan angka terbanyak di Asia Tenggara, namun produktivitasnya harus dilihat kembali, untuk itu perlu peningkatan kualitas termasuk lewat kompetisi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
"Saya rasa ada (sumber daya manusia dalam negeri yang bisa meningkatkan peringkat perguruan tinggi di kelas dunia) cuma kalau mereka tidak pernah ditantang, dikompetisikan dengan asing tidak akan bergeliat. Artinya persaingan harus kita datangkan, kita ciptakan, kalau tidak diciptakan, tidak ada kompetisi. Kalau tidak ada kompetisi, tidak bisa meningkatkan daya saing," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Kepada seluruh rakyat Indonesia masalah rektor dari asing guru besar atau dosen dari asing itu di mana negara semua hal yang biasa bukan hal yang aneh dan ini dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kita lakukan supaya ada kompetisi daya saing. Kalau kita tidak mengkompetisikan diri di tingkat dunia mana mungkin kita akan menjadi perguruan tinggi kelas dunia," kata Menteri Nasir kepada wartawan di Gedung Ristekdikti, Jakarta, Jumat.
Dia menuturkan mengajak rektor atau dosen dari luar negeri yang akan masuk perguruan tinggi di Indonesia hendaklah disikapi secara positif. Menurut dia, rektor asing yang memimpin perguruan tinggi di luar negeri merupakan hal yang biasa terjadi.
"Ini harus kita sikapi dengan sikap positif yang dalam rangka meningkatkan daya saing," ujarnya.
Nasir menilai persyaratan calon rektor yang ada saat ini perlu ditingkatkan untuk menciptakan kompetisi yang lebih berdaya saing.
"Yang ada itu selalu syaratnya minimal sekali, kadang-kadang dia tidak punya 'network' (jaringan), hanya syaratnya sebagai ketua jurusan, kan itu terlalu kecil, sementara kalau kita naikkan ini tidak ada yang daftar kan masalah karena ada yang dicari dari dalam. Tapi kalau kita buka lebih luas ternyata ada potensi yang lebih besar lagi, ini harus kita dorong." ujarnya.
Dia mengatakan saat ini Indonesia memiliki 292.000 dosen, yang merupakan angka terbanyak di Asia Tenggara, namun produktivitasnya harus dilihat kembali, untuk itu perlu peningkatan kualitas termasuk lewat kompetisi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.
"Saya rasa ada (sumber daya manusia dalam negeri yang bisa meningkatkan peringkat perguruan tinggi di kelas dunia) cuma kalau mereka tidak pernah ditantang, dikompetisikan dengan asing tidak akan bergeliat. Artinya persaingan harus kita datangkan, kita ciptakan, kalau tidak diciptakan, tidak ada kompetisi. Kalau tidak ada kompetisi, tidak bisa meningkatkan daya saing," ujarnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019