Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Kediri, Jawa Timur, memperpanjang pelaksanaan operasi pasar untuk komoditas cabai hingga 27 Juli 2019, menyusul harga cabai di pasaran masih cukup tinggi.
"Kami fokus di cabai. Program TPID untuk pengendalian harga karena inflasi supaya tidak ada kenaikan lagi. Jadi, bulog, dinas perdagangan kerjasama dengan Bank Indonesia, cabai disiapkan oleh BI, bulog dan dinas perdagangan yang menjualkan" kata Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional Kediri Saidi di Kediri, Senin.
TPID Kediri telah mengadakan operasi pasar khusus dengan komoditas utama cabai sejak 14 Juli 2019. Hal itu dilakukan, sebab harga komoditas ini sudah melambung cukup tinggi. Namun, operasi pasar khusus dilanjutkan hingga 27 Juli 2019, sebab hingga kini belum ada tanda-tanda harga cabai stabil.
Di pasaran, harga cabai masih sekitar Rp70 ribu per kilogram, bahkan di tingkat pengecer harganya hingga Rp80 ribu per kilogram. Dalam operasi pasar itu, cabai dijual seharga Rp50 ribu per kilogram, dan dijual per ons seharga Rp5.000.
Saidi mengatakan dalam operasi pasar itu ada titik yang dijadikan lokasi penjualan yakni area taman makam pahlawan (TMP), area taman sekartaji, serta area lapangan gajahmada di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
Selain menjual cabai, juga terdapat dua komoditas lainnya yang juga ikut dijual yakni gula pasir dijual seharga Rp9.500 per kilogram dan telur ayam dijual seharga Rp17.500 per kilogram.
Sedangkan terkait dengan stok, cabai setiap hari per titik adalah 10 kilogram, telur ayam hingga 50 kilogram dan gula pasir hingga 100 kilogram. Mayoritas komoditas tersebut hampir terjual semua, mengingat harga jual yang diberikan di bawah harga jual di pasaran.
Saidi mengatakan, operasi pasar itu juga terus akan melakukan evaluasi harga. Jika hingga 27 Juli belum ada tanda penurunan harga yang signifikan, dimungkinkan operasi pasar akan dilanjutkan, hingga harga kembali stabil. Dengan itu, diharapkan bisa menekan inflasi.
Pihaknya juga mengaku belum bisa memastikan kapan harga cabai akan stabil. Namun dari dialog yang dilakukan dengan petani dimungkinkan akan mulai stabil sekitar Agustus-September 2019.
"Sepertinya untuk harga seperti sekarang ini mengingat pasokan kurang, panen sudah mulai habis rasanya agak sulit menekan. Jika terus menerus operasi pasar bisa (menekan harga), kan pasokan dari luar banyak misalnya Banyuwangi, Jember, Blitar, Malang itu masuk Kediri (masuk pasar grosir di Kediri)," kata dia.
Sementara itu, mengantisipasi terjadinya aksi borong, petugas terpaksa membatasi penjualan. Untuk telur ayam dan gula pasir dikemasi per kilogram, sedangkan cabai per dua ons.
Una, salah seorang pembeli mengaku ia membeli cabai karena kebutuhan. Di pasaran, selain cabai mahal, kondisinya sudah tidak segar, sehingga tidak bisa tahan lama.
"Kalau di sini cabainya masih segar. Jadi, ketika dimasak pun digunakan dalam waktu agak lama, cabai tidak busuk atau tidak kering. Kalau masak pakai cabai kering, rasa masakan juga sudah beda," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Kami fokus di cabai. Program TPID untuk pengendalian harga karena inflasi supaya tidak ada kenaikan lagi. Jadi, bulog, dinas perdagangan kerjasama dengan Bank Indonesia, cabai disiapkan oleh BI, bulog dan dinas perdagangan yang menjualkan" kata Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Sub Divisi Regional Kediri Saidi di Kediri, Senin.
TPID Kediri telah mengadakan operasi pasar khusus dengan komoditas utama cabai sejak 14 Juli 2019. Hal itu dilakukan, sebab harga komoditas ini sudah melambung cukup tinggi. Namun, operasi pasar khusus dilanjutkan hingga 27 Juli 2019, sebab hingga kini belum ada tanda-tanda harga cabai stabil.
Di pasaran, harga cabai masih sekitar Rp70 ribu per kilogram, bahkan di tingkat pengecer harganya hingga Rp80 ribu per kilogram. Dalam operasi pasar itu, cabai dijual seharga Rp50 ribu per kilogram, dan dijual per ons seharga Rp5.000.
Saidi mengatakan dalam operasi pasar itu ada titik yang dijadikan lokasi penjualan yakni area taman makam pahlawan (TMP), area taman sekartaji, serta area lapangan gajahmada di Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
Selain menjual cabai, juga terdapat dua komoditas lainnya yang juga ikut dijual yakni gula pasir dijual seharga Rp9.500 per kilogram dan telur ayam dijual seharga Rp17.500 per kilogram.
Sedangkan terkait dengan stok, cabai setiap hari per titik adalah 10 kilogram, telur ayam hingga 50 kilogram dan gula pasir hingga 100 kilogram. Mayoritas komoditas tersebut hampir terjual semua, mengingat harga jual yang diberikan di bawah harga jual di pasaran.
Saidi mengatakan, operasi pasar itu juga terus akan melakukan evaluasi harga. Jika hingga 27 Juli belum ada tanda penurunan harga yang signifikan, dimungkinkan operasi pasar akan dilanjutkan, hingga harga kembali stabil. Dengan itu, diharapkan bisa menekan inflasi.
Pihaknya juga mengaku belum bisa memastikan kapan harga cabai akan stabil. Namun dari dialog yang dilakukan dengan petani dimungkinkan akan mulai stabil sekitar Agustus-September 2019.
"Sepertinya untuk harga seperti sekarang ini mengingat pasokan kurang, panen sudah mulai habis rasanya agak sulit menekan. Jika terus menerus operasi pasar bisa (menekan harga), kan pasokan dari luar banyak misalnya Banyuwangi, Jember, Blitar, Malang itu masuk Kediri (masuk pasar grosir di Kediri)," kata dia.
Sementara itu, mengantisipasi terjadinya aksi borong, petugas terpaksa membatasi penjualan. Untuk telur ayam dan gula pasir dikemasi per kilogram, sedangkan cabai per dua ons.
Una, salah seorang pembeli mengaku ia membeli cabai karena kebutuhan. Di pasaran, selain cabai mahal, kondisinya sudah tidak segar, sehingga tidak bisa tahan lama.
"Kalau di sini cabainya masih segar. Jadi, ketika dimasak pun digunakan dalam waktu agak lama, cabai tidak busuk atau tidak kering. Kalau masak pakai cabai kering, rasa masakan juga sudah beda," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019