Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) masuk dalam nominasi penghargaan internasional yakni Community Involvement Projects dari Asian Hospital Management 2019.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya Prof Soetojo di Surabaya, Rabu, mengatakan RSTKA menjadi nominator Community Involvement Projects setelah menjalankan misi kemanusiaan di 25 titik terluar Indonesia selama setahun belakangan.
"Dari 25 titik yang berada di 22 tempat terluar Indonesia, kami telah melakukan 1.532 penanganan pasien bedah dan 11.482 penanganan pasien pelayanan kesehatan dasar dan spesialistik," katanya.
RSTKA, kata Soetojo menjadi satu satunya rumah sakit dari Indonesia yang meraih nominasi tersebut di samping rumah sakit dari negara lainnya yakni, Appolo Hospital Enterprise Limited (India), Dubay Health Authority (UEA), National Healthcare Grup Policlinic (Singapura), dan Yishun Hospital (Singapura).
"Kami optimis mendapat penghargaan kerena capaian dari aspek sosial sangat bagus. Terlebih lagi kami murni dharma bakti dan memberikan pelayanan yang spesialistik," ujarnya.
Ketua IKA FK Unair Dr Poedjo Hartono mengatakan ikut sertanya RSTKA dalam ajang rumah sakit tingkat internasional ini tidak semata-mata menginginkan kemenangan, melainkan untuk lebih mengenalkan RSTKA kepada dunia.
Menurutnya, keberadaan RSTKA adalah ruang berbakti dan berdedikasi terbaik bagi para dokter, yang semestinya juga ditiru oleh institusi yang lain.
"Saya harap RSTKA ini menjadi model bagi institusi kesehatan lainnya, untuk tergerak memperhatikan pelayanan kesehatan di daerah terluar dan terpencil yang memang belum sepenuhnya mendapatkan akses yang layak," ujarnya.
Poedjo tidak ingin segala permasalahan kesehatan di semua daerah 3T menjadi tanggung jawab RSTKA. Ia memandang masing-masing daerah juga harus mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam menyediakan pelayanan kesehatan publik.
"Tetap harus ada upaya pemerintah, dan kamipun tidak bisa menyelesaikan seluruh permasalahan di Nusantara, jadi kita ingin ini jadi model jadi pionir," tuturnya.
Salah satu pembuat paper Asia Hospital Management Projects Dr Gadis mengungkapkan, pada awalnya hanya ingin memperkenalkan RSTKA kepada dunia sebagai satu-satunya unit pelayanan kesehatan berupa kapal milik instansi pendidikan yang sifatnya sosial.
"Selain itu pelayanan RSTKA itu murni dikhususkan untuk pelayanan spesialis dan kasus operable atau yang berujung operasi, sehingga apa yang kami lakukan ini tidak hanya sekedar kunjungan penanganan batuk pilek karena kami berpikir bahwa masyarakat terluar akan sulit mendapatkan akses ke dokter spesialis," katanya.
Dia menyatakan segala upaya yang dilakukan oleh RSTKA sampai saat terinspirasi dari dharma bakti yang dilakukan dr Agus Hariyanto yang telah terlebih dahulu menjadi pionir dalam melakukan pelayanan kesehatan secara swadaya di pulau-pulau terpencil dengan menggunakan peluru kecil sewaan yang ia bernama Sailing Medical Service.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya Prof Soetojo di Surabaya, Rabu, mengatakan RSTKA menjadi nominator Community Involvement Projects setelah menjalankan misi kemanusiaan di 25 titik terluar Indonesia selama setahun belakangan.
"Dari 25 titik yang berada di 22 tempat terluar Indonesia, kami telah melakukan 1.532 penanganan pasien bedah dan 11.482 penanganan pasien pelayanan kesehatan dasar dan spesialistik," katanya.
RSTKA, kata Soetojo menjadi satu satunya rumah sakit dari Indonesia yang meraih nominasi tersebut di samping rumah sakit dari negara lainnya yakni, Appolo Hospital Enterprise Limited (India), Dubay Health Authority (UEA), National Healthcare Grup Policlinic (Singapura), dan Yishun Hospital (Singapura).
"Kami optimis mendapat penghargaan kerena capaian dari aspek sosial sangat bagus. Terlebih lagi kami murni dharma bakti dan memberikan pelayanan yang spesialistik," ujarnya.
Ketua IKA FK Unair Dr Poedjo Hartono mengatakan ikut sertanya RSTKA dalam ajang rumah sakit tingkat internasional ini tidak semata-mata menginginkan kemenangan, melainkan untuk lebih mengenalkan RSTKA kepada dunia.
Menurutnya, keberadaan RSTKA adalah ruang berbakti dan berdedikasi terbaik bagi para dokter, yang semestinya juga ditiru oleh institusi yang lain.
"Saya harap RSTKA ini menjadi model bagi institusi kesehatan lainnya, untuk tergerak memperhatikan pelayanan kesehatan di daerah terluar dan terpencil yang memang belum sepenuhnya mendapatkan akses yang layak," ujarnya.
Poedjo tidak ingin segala permasalahan kesehatan di semua daerah 3T menjadi tanggung jawab RSTKA. Ia memandang masing-masing daerah juga harus mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam menyediakan pelayanan kesehatan publik.
"Tetap harus ada upaya pemerintah, dan kamipun tidak bisa menyelesaikan seluruh permasalahan di Nusantara, jadi kita ingin ini jadi model jadi pionir," tuturnya.
Salah satu pembuat paper Asia Hospital Management Projects Dr Gadis mengungkapkan, pada awalnya hanya ingin memperkenalkan RSTKA kepada dunia sebagai satu-satunya unit pelayanan kesehatan berupa kapal milik instansi pendidikan yang sifatnya sosial.
"Selain itu pelayanan RSTKA itu murni dikhususkan untuk pelayanan spesialis dan kasus operable atau yang berujung operasi, sehingga apa yang kami lakukan ini tidak hanya sekedar kunjungan penanganan batuk pilek karena kami berpikir bahwa masyarakat terluar akan sulit mendapatkan akses ke dokter spesialis," katanya.
Dia menyatakan segala upaya yang dilakukan oleh RSTKA sampai saat terinspirasi dari dharma bakti yang dilakukan dr Agus Hariyanto yang telah terlebih dahulu menjadi pionir dalam melakukan pelayanan kesehatan secara swadaya di pulau-pulau terpencil dengan menggunakan peluru kecil sewaan yang ia bernama Sailing Medical Service.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019