Kota Surabaya menjadi tuan rumah kongres paliatif internasional bertajuk The 13th Asia Pasific Hospice and Palliative Care Conference (APHC) 2019 yang digelar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya 1-4 Agustus.
Ketua Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSUD Dr Soetomo, dr Oerip Moertedjo di Surabaya, Rabu mengatakan Indonesia atau Surabaya khususnya dipilih menjadi tuan rumah setelah menang bidding melawan India di Vietnam.
"Kongres yang ini digelar oleh Masyarakat Paliatif Indonesia dan merupakan pertama kalinya di Indonesia," ujarnya.
Ketua Panitia APHC 2019 Dr Dradjat Ryanto Suardi menuturkan pada kongres itu nanti akan dihadiri 400 ahli paliatif dari luar negeri dan dalam negeri.
"Topik yang dihabas sangat luas. Nantinya hadir pembicara kelas dunia, sehingga diharapkan kongres ini akan meningkatkan kualitas dokter dalam penanganan pasien paliatif," ucapnya.
Dia bersyukur karena Pemkot Surabaya sangat mendukung acara tersebut. Menurutnya dukungan tersebut semakin menunjukkan bahwa Surabaya adalah kota paliatif.
"Bu Risma sangat mendukung kongres ini. Kami bangga menggelar kongres di Surabaya, karena kita bisa pamer di dunia bahwa Surabaya adalah kota paliatif. Itu ditunjukkan kepedulian Pemkot Surabaya dengan adanya Taman Paliatif," ucapnya.
Dia menjelaskan, paliatif saat ini semakin berkembang. Dari dulu yang hanya dikhususkan untuk pasien kanker, namun sejak 2005 WHO membuat keterangan yang menerangkan bahwa perawatan paliatif saat ini meliputi semua penyakit kristis.
"Sehingga penyakit stroke, diabetes, jantung dan penyakit degeneratif lain akan mendapat perawatan paliatif," tuturnya.
Secara khusus, lanjut Dradjat, melalui kongres ini diharapkan dapat memberikan kualitas hidup yang terbaik pada sisa akhir kehidupan pasien. Pasalnya pasien paliatif dia tidak boleh menderita sakit. Artinya psikologis harus harus diatasi.
"Di dalam kehidupannya jika punya penyakit parah yang lama seluruh keluarga juga akan menderita. Ini yang harus dipikirkan dari perawatan pasien paliatif," kata dia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Ketua Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSUD Dr Soetomo, dr Oerip Moertedjo di Surabaya, Rabu mengatakan Indonesia atau Surabaya khususnya dipilih menjadi tuan rumah setelah menang bidding melawan India di Vietnam.
"Kongres yang ini digelar oleh Masyarakat Paliatif Indonesia dan merupakan pertama kalinya di Indonesia," ujarnya.
Ketua Panitia APHC 2019 Dr Dradjat Ryanto Suardi menuturkan pada kongres itu nanti akan dihadiri 400 ahli paliatif dari luar negeri dan dalam negeri.
"Topik yang dihabas sangat luas. Nantinya hadir pembicara kelas dunia, sehingga diharapkan kongres ini akan meningkatkan kualitas dokter dalam penanganan pasien paliatif," ucapnya.
Dia bersyukur karena Pemkot Surabaya sangat mendukung acara tersebut. Menurutnya dukungan tersebut semakin menunjukkan bahwa Surabaya adalah kota paliatif.
"Bu Risma sangat mendukung kongres ini. Kami bangga menggelar kongres di Surabaya, karena kita bisa pamer di dunia bahwa Surabaya adalah kota paliatif. Itu ditunjukkan kepedulian Pemkot Surabaya dengan adanya Taman Paliatif," ucapnya.
Dia menjelaskan, paliatif saat ini semakin berkembang. Dari dulu yang hanya dikhususkan untuk pasien kanker, namun sejak 2005 WHO membuat keterangan yang menerangkan bahwa perawatan paliatif saat ini meliputi semua penyakit kristis.
"Sehingga penyakit stroke, diabetes, jantung dan penyakit degeneratif lain akan mendapat perawatan paliatif," tuturnya.
Secara khusus, lanjut Dradjat, melalui kongres ini diharapkan dapat memberikan kualitas hidup yang terbaik pada sisa akhir kehidupan pasien. Pasalnya pasien paliatif dia tidak boleh menderita sakit. Artinya psikologis harus harus diatasi.
"Di dalam kehidupannya jika punya penyakit parah yang lama seluruh keluarga juga akan menderita. Ini yang harus dipikirkan dari perawatan pasien paliatif," kata dia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019