Kementerian Kesehatan mengungkap sejumlah fakta temuan dari hasil penyelidikan dan penelitian kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A yang terjadi di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, yang salah satunya berbagai sumber penularan penyakit.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono di Jakarta, Senin (1/7), mengungkap hasil penelitian tim kesehatan terhadap sumber penularan diduga dari dua hal yakni makanan yang terkontaminasi virus dan sumber air yang tercemar.

Terdapat beberapa temuan yang sumber penularan diduga dari makanan yang terkontaminasi virus Hepatitis A.

Pada saat bulan Ramadhan masyarakat sekitar kasus banyak mengonsumsi cincau atau dawet yang dibawa oleh pedagang keliling, sementara media yang digunakan berupa air yang diduga menggunakan air yang tidak dimasak.

Namun Anung menegaskan ini baru berupa dugaan awal dan perlu dilakukan analisis epidemiologi lebih lanjut. Hingga kini tim kesehatan dari kabupaten, provinsi, dan Kemenkes masih melakukan penyelidikan dan penelitian.

Tim menemukan ada kebiasaan masyarakat di bulan Ramadhan melakukan kegiatan berbuka bersama di masjid, masing-masing keluarga membawa makanan minuman dan dikonsumsi bersama serta dibawa pulang ke rumah.

Ada pula dugaan lain terkait makanan yang disajikan pada saat kegiatan syukuran atau hajatan pada periode sebelum, pada saat, dan sesudah lebaran. Faktor ini yang diduga menjadi media penyebaran kasus.

Sementara dugaan penularan dari air yang tercemar yaitu sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat yang berasal dari sungai Sukorejo.

Sepanjang aliran sungai banyak limbah rumah tangga yang mengalir ke sungai. Air sungai tersebut didistribusikan melalui mobil tangki untuk dijual ke masyarakat yang kemudian digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air bersih.

Daerah yang mengalami KLB Hepatitis A secara geografis daerah pegunungan dan sekarang sedang mengalami musim kemarau sehingga kesulitan mendapat air bersih. Berdasarkan hasil laboratorium juga terbukti air sungai mengandung bakteri e coli.

Anung menjelaskan bahwa kondisi kekeringan dikarenakan curah hujan yang menurun di Pacitan sejak April juga menjadi faktor semakin tercemarnya air. Pada volume air yang lebih sedikit, konsentrasi bakteri atau virus di air menjadi lebih banyak sehingga mudah menginfeksi.

Tim juga menemukan depo air minum isi ulang tak bermerek, tetapi tidak semua masyarakat mengonsumsi air tersebut.

Penemuan kasus Hepatitis A pertama terjadi pada 28 Mei 2019. Sementara masa inkubasi atau waktu pertama virus menginfeksi hingga munculnya gejala penyakit Hepatitis A ialah 15-50 hari.

Oleh karena itu diperkirakan infeksi virus terjadi saat bulan Ramadhan hingga setelah lebaran. Temuan kasus juga diperkirakan masih mungkin terjadi jika merujuk pada masa inkubasi.

Pewarta: Aditya Ramadhan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019