Semua pihak yang ada dalam rantai logistik punya keinginan menekan biaya logistik. Karena itu pemerintah perlu menyusun langkah lebih detail untuk merealisasikan pelabuhan yang terintegrasi, yang diyakini akan menekan biaya logistik.

Demikian dikemukakan Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Hanafi di Jakarta, Senin, menanggapi wacana pelabuhan terintegrasi atau Trilogi Maritim yang kembali dilontarkan Direktur Utama Pelindo II, Elvyn G. Masassya.

"Untuk memperbaiki biaya logistik perlu komitmen bersama regulator, yaitu ada kementerian yang secara langsung menangani, yaitu Kementerian Perdagangan, Kementerian  Perindustrian, serta Kementerian Perhubungan," ujarnya.

Menurut Yukki, konsep Trilogi Maritim sebetulnya bukan hal baru, di mana di dalamnya menyinggung standarisasi pelabuhan, aliansi dengan pelayaran dan industri yang terakses dengan pelabuhan. Sekarang yang lebih penting dikembangkan adalah bagaimana teknis pelaksanaannya secara detail.

"Ini yang belum terdengar dan harus dibicarakan," ucap Yukki seraya menambahkan bahwa para pelaku dalam rantai logistik terdiri atas dua aktifitas, yaitu logistik infrastruktur dan jasa logistik.

"Kita semua harus mempunyai pemahaman yang sama. Konsep sudah ada, bahkan Sislognas juga berbicara mengenai pelabuhan yang terintegrasi, seperti yang disampaikan Pelindo II, di mana kawasan industri itu menjadi faktor utama," paparnya.

Belum lama ini, lanjut Yukki, para pihak pemangku kepentingan logistik mengevaluasi hal-hal teknis, seperti kemacetan menuju pelabuhan, karena kegiatan ekspor masih memakan waktu 1,5 hari dan Import 2 sampai 3 hari. Digitalisasi menjadi salah satu kunci memperbaiki hal tersebut.

 "Infrastruktur, konektivitas dan logistik memang menjadi kuncinya, jadi sebaiknya Pelindo II bersama regulator dan seluruh pemangku kepentingan bersama-sama melakukan perbaikan yang lebih optimal," ujarnya.

Dia menjelaskan, jika dilihat dari "Logistics Performance Index" yang dikeluarkan Bank Dunia, ada perbaikan logistik dari urutan 63 pada tahun 2016 menjadi urutan ke-46 di tahun 2018. Tapi di ASEAN, Indonesia mengalami penurunan dari urutan ke 4 menjadi ke 5.

"Jadi masih bayak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Artinya bukan saja Indonesia yang membangun infrastruktur dan memperbaiki logistiknya. Kita merasa sudah lari, tapi ternyata negara tetangga pun memperbaiki dan lari lebih cepat," paparnya.

Seperti diketahui, implementasi Trilogi Maritim atau jaringan pelabuhan yang terintegrasi (integrated port network) diyakini akan menurunkan biaya logistik nasional. Konsep ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk menurunkan biaya logistik sebesar 4,9 persen dalam tiga tahun ke depan.

Ada beberapa tantangan untuk menurunkan biaya logistik nasional, yakni belum optimalnya jaringan pelayaran, belum adanya standarisasi pelabuhan, serta masih tingginya inefisiensi transportasi darat.

Dengan Trilogi Maritim, hambatan-hambatan itu bisa ditekan.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pelindo II, Elvyn G Masassya yakin bahwa implementasi trilogi maritim akan menurunkan biaya logistik nasional.

"Trilogi Maritim sejalan dengan rencana pemerintah menurunkan biaya logistik sebesar 4,9 persen dalam tiga tahun ke depan. Kami yakin implementasinya akan menurunkan biaya logistik dari 23,6 persen per PDB di 2018 menjadi 18,7 persen pada 2022," ujarnya, beberapa waktu lalu.(*)

Pewarta: Hanni Sofia

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019